Para aktivis hak asasi manusia (HAM) pada Jumat (28/6) mengecam pernyataan mantan Presiden Donald Trump terkait warga Palestina, dan imigran yang dikatakan mengambil pekerjaan orang kulit hitam Amerika. Trump mengungkapkan hal tersebut dalam debat calon presiden (capres) pertama dengan Presiden Joe Biden. Aktivis menilai pernyataan tersebut bersifat rasis atau menghina.
Biden dan Trump sempat meyinggung isu perang di Gaza, meski tidak berdebat secara substantif mengenai cara mengakhiri konflik yang menyebabkan krisis kemanusiaan besar-besaran dan disebut Kementerian Kesehatan Gaza telah menewaskan 38.000 orang di wilayah tersebut.
Perang dimulai ketika militan Hamas Palestina menyerang Israel pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang dan menculik sekitar 250 lainnya, menurut penghitungan Israel.
“Satu-satu pihak yang ingin perang terus berlanjut adalah Hamas,” kata Biden. Trump merespons dengan mengatakan Biden telah "menjadi seperti orang Palestina.” Para aktivis HAM menganggap respons Trump sebagai sebuah penghinaan.
"Faktanya, Israel lah yang ingin melanjutkan, dan Anda harus membiarkan mereka melakukannya (melanjutkan perang-red) dan menyelesaikan tugasnya. Dia (Biden) tidak ingin melakukannya. Dia telah menjadi seperti orang Palestina, tetapi mereka tidak menyukainya karena dia adalah orang Palestina yang sangat buruk. Dia lemah," kata Trump.
Pada Jumat, Trump kembali menggunakan istilah 'Palestina' dengan cara yang sama. Trump pernah mengatakan dalam rapat umum bahwa Pemimpin Mayoritas Senat Demokrat Chuck Schumer, yang merupakan seorang Yahudi, adalah orang Palestina. “Dia menjadi orang Palestina karena mereka mempunyai lebih banyak suara atau semacamnya,” tambahnya.
Kelompok advokasi Dewan Hubungan Islam Amerika (Council on American Islamic Relations/CAIR) mengatakan klaim Biden soal Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ingin mengakhiri perang adalah pernyataan keliru. Kelompok tersebut juga memandang komentar Trump tentang Palestina dalam debat tersebut sebagai penghinaan rasis.
BACA JUGA: Debat Biden-Trump Sedot Lebih dari 51 Juta Pemirsa TV"Penggunaan kata 'Palestina' oleh mantan Presiden Trump sebagai penghinaan adalah tindakan rasis. Pernyataan Presiden Biden atas dukungan militernya terhadap genosida Pemerintah Israel di Gaza tidak berperasaan," kata Corey Saylor, direktur penelitian dan advokasi CAIR, dalam sebuah pernyataan. Israel membantah tuduhan genosida.
“Menyindir bahwa menjadi orang Palestina adalah hal yang buruk, seperti yang dilakukan mantan Presiden Trump ketika dia menyebut Presiden Biden sebagai orang Palestina, berbau rasisme dan kebencian anti-Arab,” kata Paul O'Brien, Direktur Eksekutif Amnesty International AS kepada Reuters.
Para aktivis HAM melaporkan terjadinya peningkatan Islamofobia, bias anti-Palestina, dan antisemitisme di AS sejak pecahnya konflik di Gaza. Perang tersebut dan dukungan Washington terhadap Israel juga menyulut terjadinya protes yang menyerukan diakhirinya konflik tersebut selama berbulan-bulan di seluruh AS.
Trump juga menghadapi kritik karena menggunakan istilah "Pekerjaan kulit hitam" dan "Pekerjaan Hispanik" sambil mengklaim bahwa imigran yang datang ke AS dari perbatasan dengan Meksiko mengambil peluang kerja tersebut.
Tim kampanye Trump belum memberikan komentar mengenai kritik tersebut.
Imigrasi adalah isu kunci dalam pemilu, dan Trump mengklaim bahwa Biden gagal mengamankan perbatasan selatan AS, yang menyebabkan masuknya banyak penjahat. Studi menunjukkan bahwa imigran tidak melakukan kejahatan dengan tingkat yang lebih tinggi daripada orang AS asli.
“Faktanya adalah pembunuhan terbesar yang dilakukan Biden terhadap warga kulit hitam adalah jutaan orang yang diizinkan masuk melalui perbatasan,” kata Trump dalam debat tersebut. "Mereka mengambil pekerjaan orang kulit hitam, dan mereka mengambil pekerjaan orang Hispanik."
Organisasi hak-hak sipil NAACP menulis di X: "Apa sebenarnya Pekerjaan Kulit Hitam dan Hispanik!?!." Ia menambahkan: "Tidak ada yang namanya Pekerjaan Kulit Hitam."
O'Brien dari Amnesty International mengatakan kepada Reuters bahwa komentar Trump mengenai imigrasi didasarkan pada supremasi kulit putih.
BACA JUGA: Biden, Trump Saling Kecam Pada Debat Capres Pertama"Ini sangat mengecewakan bahwa narasi-narasi palsu yang berakar pada supremasi kulit putih dan rasisme tentang orang-orang yang mencari suaka di perbatasan dan komunitas imigran di Amerika Serikat terus meresap dalam wacana nasional kita," tambahnya.
Adrianne Shropshire, direktur eksekutif BlackPAC, sebuah organisasi yang bekerja untuk memobilisasi pemilih kulit hitam, mengatakan pernyataan Trump tidak benar dan Biden seharusnya menolak klaim palsu tersebut dengan lebih tegas.
“Bahwa ada pekerjaan kulit hitam khusus untuk orang kulit hitam yang akan diambil oleh para imigran. Benar-benar tidak masuk akal,” kata Shropshire.
Tim kampanye Trump tengah berupaya untuk mengantongi suara pemilih kulit hitam. Ia juga mengunjungi Detroit dan Philadelphia dalam beberapa minggu terakhir. Beberapa survei menunjukkan terjadinya penurunan dukungan terhadap Biden di kalangan pemilih kulit hitam, yang secara historis merupakan salah satu kelompok pemilih paling setia Partai Demokrat. [ah/ft]