Perpecahan Meluas di Mesir

Penentang mantan presiden Mohammed Morsi dalam demonstrasi di Alun-Alun Tahrir, Kairo, Jumat (5/7). (AP/Amr Nabil)

Penentang dan pendukung mantan presiden Mohamed Morsi bentrok di jalan-jalan Kairo dan di seluruh negeri.
Perpecahan yang pahit di Mesir tampaknya semakin meluas Sabtu (6/7), beberapa jam setelah pendukung dan penentang presiden tersingkir Mohamed Morsi bentrok di jalan-jalan Kairo dan di seluruh negara itu.

Pejabat-pejabat mengatakan jumlah korban tewas akibat bentrokan Jumat meningkat menjadi 36 orang, dengan lebih dari 1.000 lainnya luka-luka. Batu, selongsong peluru dan sisa-sisa kekerasan lain tersebar di seantero zona bentrokan di ibukota Mesir, Kairo.

Presiden sementara baru Mesir, pakar hukum Adly Mansour, Sabtu di istana presiden menerima Panglima Angkatan Bersenjata Jenderal Abdel Fattah-el-Sisi, dan menteri dalam negeri, yang mengepalai kepolisian nasional.

Menurut kantor berita Associated Press, Mansour juga bertemu para pemimpin gerakan pemuda Tamrod, yang mengorganisir demonstrasi anti-Morsi.

Ribuan pendukung Morsi melancarkan demonstrasi di luar masjid di Nasr City, Kairo, Sabtu. Para pemimpin Ikhwanul Muslimin mengatakan mereka merencanakan perlawanan tanpa kekerasan, tetapi satu kelompok baru yang muncul Jumat mengatakan akan melakukan tindak kekerasan jika perlu supaya presiden terguling bisa menjabat kembali.

Kekhawatiran akan kekerasan sektarian kembali muncul Sabtu setelah terbunuhnya seorang pendeta Koptik di Sinai utara. Pejabat-pejabat keamanan Mesir mengatakan orang-orang bersenjata menyeret pendeta itu keluar dari mobilnya dan menembaknya berulangkali.

Walau kekerasan sudah terjadi, pemimpin Ikhwanul Muslimin mendesak pendukungnya agar melancarkan demonstrasi damai. Pemimpin "tertinggi" organisasi tersebut, Mohammed Badie, pada Jumat mendesak anggota untuk tetap tinggal di lapangan-lapangan dan jalan-jalan Mesir sampai Morsi kembali ke kekuasaan.

Munculnya Badie Jumat merupakan kejutan, karena ia telah dilaporkan berada dalam tahanan bersama wakilnya, Khairat el-Shater. Banyak tokoh terkemuka lain Ikhwanul Muslimin telah ditahan. Dan pejabat-pejabat keamanan mengatakan Shater dijebloskan lagi ke dalam tahanan setelah terjadi bentrokan hari Jumat.

"Ini adalah kudeta militer. Ini pengkhianatan. Panglima militer el-Sisi telah mengkhianati rakyat. Kami menyerukan, 'Turunkan kekuasaan militer.' Morsi masih presiden republik ini, dan dia tidak akan mundur. Kami akan melanjutkan aksi protes ini dan tidak akan menyerah,” ujar Mahmoud al-Ashwal, salah seorang di antara massa pendukung Morsi yang tetap berdemonstrasi di luar masjid Rabia al-Adawiya.

Tentara terlebih dulu menangkap Morsi dan pemimpin lain Ikhwanul Muslimin Mesir pada hari Rabu, ketika membekukan konstitusi dan memerintahkan pemilu baru.

Tentara mengatakan, tindakan itu dilakukan guna mencegah risiko pemberontakan massa terhadap kebijakan dan kepemimpinan Presiden Morsi. Penentang menuduh presiden Mesir yang untuk pertama kalinya terpilih secara demokratis itu mengkhianati revolusi 2011 yang menggulingkan Hosni Mubarak.