Pertama Kali, Somalia Adakan Ujian Nasional dalam Huruf Braille

Seorang siswa membaca catatan Braille, 29 Oktober 2020. (Foto: REUTERS/Monicah Mwangi)

Kementerian Pendidikan Somalia untuk pertama kali memperkenalkan huruf braille di sekolah-sekolah untuk tunanetra dan orang yang mengalami gangguan penglihatan. Namun, program baru ini menghadapi tantangan mendasar: ketidakmampuan orang tua membiayai pendidikan.

Hassan Manoor dan teman sekelasnya sedang belajar untuk menghadapi ujian akhir. Para siswa itu akan diuji dengan materi kurikulum yang untuk pertama kali tersedia dalam huruf braille. Kurikulum itu dikembangkan Departemen Pendidikan Somalia untuk siswa yang memiliki kebutuhan khusus.

"Saya siap mengikuti ujian akhir yang akan menggunakan sistem huruf braille untuk pertama kalinya di negara kami dan saya berharap mendapat nilai sempurna," kata Hasan.

Pemerintah pusat memiliki kebijakan baru untuk mengembangkan program pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus. Sejauh ini pemerintah telah mencetak lebih dari 8.600 buku dalam delapan mata pelajaran sebagai bagian dari rencana kulikulum baru.

Siswa sekolah dasar di Somalia di sekolah zona Banadir di Mogadishu, Somalia 22 September 2019. (Foto: REUTERS/Feisal Omar)

Menteri Pendidikan Somalia Nuria Aden Isse menjelaskan mengenai kebijakan baru tersebut.

"Kami memulai proyek baru ini dengan melibatkan tiga sekolah sebagai model. Kemudian kami akan mengembangkan proyek ini ke wilayah lain di negara ini setelah penilaian dan modifikasi yang diperlukan," katanya.

Siswa menyambut positif sistem pembelajaran baru ini tetapi mengatakan tetap ada tantangan lain, seperti biaya dan kurangnya sumber daya untuk membantu siswa mencapai potensi mereka.

BACA JUGA: Universitas-universitas di AS Didesak Berikan Ganti Rugi Terkait Perbudakan dan Rasisme

Kepala sekolah Al Basir, sekolah untuk tunanetra, Ismail Ahmed Ali mengungkapkan tantangan yang dihadapi sekolah.

"Kami menghadapi berbagai tantangan termasuk guru yang mengajar secara sukarela di sekolah ini yang mengajar tanpa motivasi karena tidak digaji, karena sebagai besar orang tua miskin dan tidak mampu membayar biaya sekolah untuk anak-anak mereka. Tetapi itu tidak akan menyurutkan upaya kami untuk mendidik mereka," ujarnya.

Seorang pengunjung membaca buku yang ditulis dalam huruf Braille, 15 Maret 2016. (Foto: REUTERS/Ilya Naymushin)

Para pejabat mengatakan kekerasan selama puluhan tahun di Somalia telah melumpuhkan sistem pendidikan yang dulu pernah jaya. Situasi pendidikan di sana kini masih sangat jauh dari kejayaannya pada masa lalu. Namun, para pejabat terus berusaha. Mereka percaya membantu siswa berkebutuhan khusus, seperti Manoor, tidak bisa menunggu lagi. [ew/ka]