Pertumbuhan ekonomi China melamban ke tingkat terendah sejak 1991. Ekonomi terbesar ke-dua dunia itu terimbas antara lain oleh lemahnya perdagangan.
Biro Statistik Nasional melansir laporan hari Senin (15/7) yang memperlihatkan bahwa ekonomi bertumbuh 7.5 persen pada kuartal ke-dua tahun ini, turun dari pertumbuhan 7.7 persen pada kuartal sebelumnya.
Ekonom Ren Xianfang dari IHS Global Insight mengatakan, pertumbuhan China yang di bawah delapan persen selama lima kuartal berturut-turut merupakan tanda kesulitan yang jelas.
Biro statistik menyatakan pelambanan itu merupakan dampak kondisi ekonomi yang lemah di luar negeri dan hasil reformasi yang diambil pemerintah baru, yang menurut laporan itu akan menguntungkan perekonomiannya dalam jangka panjang.
Sejauh ini, belum ada indikasi bahwa Beijing akan menanggapi kondisi ini dengan suatu stimulus penting atau pergeseran kebijakan ekonomi. Pelambanan ekonomi, beserta menurunnya permintaan China bagi berbagai komoditi, dapat berdampak global.
Para pemimpin China menghadapi tekanan baru untuk merangsang ekonomi yang sedang melamban setelah pertumbuhan turun ke tingkat paling rendah sejak tahun 1991, akibat lemahnya perdagangandan usaha mengekang kredit ini.
Para analis mengatakan pertumbuhan dapat jatuh lebih jauh dalam kwartal yang sedang berjalan, yang menambah tekanan terhadap para pemimpin komunis yang memangku jabatan tahun lalu dan sedang berusaha mengalihkan China dari ketergantungan pada ekspor ke pertumbuhan yang lebih lamban dan lebih dapat dipertahankan yang didasarkan pada konsumsi dalam negeri.
Para pemimpin China kemungkinan besar akan menanggapi masalah pertumbuhan ini dengan meluncurkan stimulus baru. Stimulus ini kemungkinan akan mencakup diperlemahnya mata uang China untuk merangsang ekspor atau memompa uang ke dalam ekonomi melalui peningkatan pengeluaran untuk proyek-proyek pekerjaan umum.
Ekonom Ren Xianfang dari IHS Global Insight mengatakan, pertumbuhan China yang di bawah delapan persen selama lima kuartal berturut-turut merupakan tanda kesulitan yang jelas.
Biro statistik menyatakan pelambanan itu merupakan dampak kondisi ekonomi yang lemah di luar negeri dan hasil reformasi yang diambil pemerintah baru, yang menurut laporan itu akan menguntungkan perekonomiannya dalam jangka panjang.
Sejauh ini, belum ada indikasi bahwa Beijing akan menanggapi kondisi ini dengan suatu stimulus penting atau pergeseran kebijakan ekonomi. Pelambanan ekonomi, beserta menurunnya permintaan China bagi berbagai komoditi, dapat berdampak global.
Para pemimpin China menghadapi tekanan baru untuk merangsang ekonomi yang sedang melamban setelah pertumbuhan turun ke tingkat paling rendah sejak tahun 1991, akibat lemahnya perdagangandan usaha mengekang kredit ini.
Para analis mengatakan pertumbuhan dapat jatuh lebih jauh dalam kwartal yang sedang berjalan, yang menambah tekanan terhadap para pemimpin komunis yang memangku jabatan tahun lalu dan sedang berusaha mengalihkan China dari ketergantungan pada ekspor ke pertumbuhan yang lebih lamban dan lebih dapat dipertahankan yang didasarkan pada konsumsi dalam negeri.
Para pemimpin China kemungkinan besar akan menanggapi masalah pertumbuhan ini dengan meluncurkan stimulus baru. Stimulus ini kemungkinan akan mencakup diperlemahnya mata uang China untuk merangsang ekspor atau memompa uang ke dalam ekonomi melalui peningkatan pengeluaran untuk proyek-proyek pekerjaan umum.