Rini Puspitaningtiyas baru saja mengirimkan pesanan penting pekan lalu. Produknya, abon khas Yogyakarta, harus segera sampai di Bali. Abon itu akan menjadi bagian dari berbagai makanan yang disajikan di kawasan Nusa Dua. Bangga? Tentu saja. Ini kesempatan besar bagi Rini untuk memperkenalkan produknya. Apalagi, ada 34 ribu orang dari 198 negara diperkirakan akan berkunjung ke Bali.
Dari pinggiran wilayah Yogyakarta, abon ikan lele, abon ayam, kering kentang dan ikan wader krispi merk Aboni dan Rattu produksi Rini terbang ratusan kilometer dan kini tersaji di tengah pertemuan IMF-Bank Dunia. Tentu saja tidak mudah untuk bisa turut dipamerkan di Bali. Ada proses seleksi, dan dukungan dari BNI serta Rumah Kreatif Sleman. Bagi Rini, ada banyak manfaat keterlibatan itu bagi usahanya.
“Yang pertama, trust untuk produk kita meningkat di mata konsumen. Kedua, kita jadi bisa mengenalkan lebih luas produk kita, di event, biasanya kita bertemu banyak orang, dari situ kita memperkenalkan produk kita. Itu sangat berdampak untuk perluasan pemasaran bagi produk saya. Apalagi ini event internasional,” jelas Rini.
Tentu saja, bukan hanya produk Rini yang turut tersaji di arena pertemuan IMF-Bank Dunia. Bali adalah pusat pariwisata, dan pulau ini menyedot berbagai potensi dari seluruh Indonesia untuk suvenir wisatawan. Ada produk makanan, minuman, kerajinan tangan hingga tekstil. Semua berlomba memanfaatkan forum dunia yang digelar satu pekan itu.
Ketua Asosiasi Pengusaha Minuman dan Makanan (Aspika) Kabupaten Sleman, Mukhlis Hari Nugroho mengaku, ada banyak kegiatan promosi yang bisa diikuti anggota organisasi itu. Namun, ajang pertemuan di Bali kali ini terasa istimewa karena pesertanya sangat besar. ASPIKA Sleman, seperti juga asosiasi sejenis di daerah lain, tidak mau melewatkan begitu saja kesempatan berharga tersebut.
“Kami tentu sangat berterima kasih diberi kemudahan untuk menjadi bagian dari pertemuan IMF-Bank Dunia. Seberapa pun dampaknya, itu nanti. Yang penting, sebagai pengusaha kecil, kami hargai setiap kesempatan yang ada. Kami yakin, ini tidak akan datang dua kali. Jadi, harus benar-benar dimanfaatkan,” ujar Mukhlis.
Para pelaku usaha kecil berupaya memperoleh manfaat dari pertemuan IMF-Bank Dunia. Mereka bicara dampak pertemuan, peningkatan kepercayaan konsumen, sampai meluaskan pemasaran. Namun di sisi lain, para politisi justru memanfaatkan forum ini untuk menyalurkan hobi mereka berdebat.
Dalam berbagai kesempatan, lawan politik Jokowi selalu menyatakan bahwa pertemuan dengan biaya mencapai Rp 855 miliar lebih ini adalah sebuah pemborosan. Pertemuan ini juga dianggap tidak peka situasi, karena Indonesia baru saja mengalami bencana gempa di Lombok dan tsunami di Sulawesi Tengah.
Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono melalui akun Twitter pribadinya @SBYudhoyono, 7 Oktober lalu meminta pemerintah memberikan klarifikasi. “Terhadap kritik yang menilai biaya perhelatan ini kelewat besar, pemerintah bisa berikan penjelasan dan klarifikasi yang gamblang dan transparan,” kata SBY.
Politisi Gerindra, Fadli Zon menganggap tidak ada pentingnya Indonesia menjadi tuan rumah. Sedangkan calon wakil presiden pasangan nomor 02, Sandiaga Uno berkomentar lebih halus dengan meminta pemerintah berhemat dalam penyelenggaraannya.
Presiden Jokowi sendiri di Universitas Sumatra Utara (USU), Medan hari Senin (8/10) mengatakan Indonesia akan menerima dampak positif. “Annual Meeting sebesar itu 15.000 orang yang datang jadi rebutan semua negara, karena meetingseperti itu pasti memiliki dampak, paling tidak memberikan citra yang baik terhadap negara yang dipakai untuk pertemuan itu,” kata Jokowi seperti ditulis laman Setkab.
Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mempromosikan angka pertumbuhan 6,6 persen bagi Bali dan akan berdampak luas di Indonesia. Sedangkan Menteri Keuangan Sri Mulyani, dalam keterangan resmi di Bali, Senin (8/10) mengatakan bahwa pertemuan ini bukan karena Indonesia akan meminjam uang ke IMF.
“Sama seperti di Bank Dunia dan PBB, kami berupaya menjadi anggota yang baik dan berkontribusi terhadap pemikiran-pemikiran untuk menjadikan dunia sebagai tempat yang aman serta meningkatkan kesejahteraan bersama,” kata Sri Mulyani dalam jumpa pers.
Ekonom Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetyantono memandang forum ini sebagai sesuatu yang istimewa. Dampaknya jelas dan langsung bagi dunia pariwisata, tidak hanya Bali tetapi seluruh Indonesia. Tony sendiri pernah hadir dalam gelaran serupa di Tokyo beberapa tahun lalu.
Kepada VOA, Tony juga menyatakan, Indonesia sebagai tuan rumah memiliki posisi strategis saat ekonomi dunia bergejolak seperti saat ini. “Chairman of The Fed, Jerome Powell juga hadir. Ini menjadi kesempatan baik, bukan hanya bagi Indonesia tetapi seluruh dunia untuk mengekspresikan aspirasi mereka terhadap situasi yang berkembang sekarang ini. Misalnya, kita ingin The Fed jangan terlalu sering menaikkan suku bunga, atau suku bunga yang naik terlalu cepat barangkali perlu direlaksasi,” ujar Tony.
Kehadiran para tokoh investor besar dunia, seperti pendiri Alibaba, Jack Ma ujar Tony memberi manfaat investasi jangka panjang. Jack Ma mungkin akan semakin yakin bahwa Indonesia adalah lokasi investasi yang penting dan bisa diandalkan.
Dalam sudut pandang sektor pariwisata, liputan media yang luas dari seluruh dunia, dan dukungan prospek investasi ke depan, biaya penyelenggaraan pertemuan IMF-Bank Dunia bisa dikatakan menjadi relatif murah. “Kita punya Menteri Keuangan Bu Sri Muyani yang reputasinya internasional, punya pengalaman sebagai direktur di Bank Dunia selama lima tahun. Pak Luhut juga seorang tokoh yang punya eksposur internasional yang baik. Ditambah Pak Perry Warjiyo, Gubernur BI, seorang scholar yang baik. Saya pikir tim kita akan cukup meyakinkan para investor internasional. Mereka orang-orang yang punya kemampuan untuk menarik investasi sebanyak-banyaknya ke Indonesia,” tambah Tony.
Tony juga berharap, politisi tidak menjadikan ajang ini sebagai sarana saling serang demi kepentingan 2019.
“Saya berharap forum ini tidak menjadi sasaran topik yang kontraproduksi dari para politisi. Forum ini murni urusannya ekonomi dunia dan Indonesia, nothing to do with politics, ya. Bahwa ini menjelang Pemilu kemudian digunakan untuk mencari kelemahan, soal dollar yang 15 ribu dan biayanya besar, saya kira itu tidak produktif dan tidak mengerti konteks. Teman-teman politisi, berhentilah dan menyadarilah bahwa ini adalah urusan ekonomi dan kita akan mendapat benefit besar dari pada hitung-hitungan biaya. Mohon ini dipahami,” lanjutnya.
Pertemuan IMF-Bank Dunia adalah forum ekonomi terbesar di dunia. Setidaknya ada 4.000 delegasi resmi dan 5.000 investor yang datang. Dijadwalkan ada 2.000 pertemuan yang diselenggarakan secara simultan. Di samping ekonomi dan keuangan, pertemuan ini juga akan membahas masalah kemiskinan dan lingkungan. [ns/lt]