Bali sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia, menampilkan perpaduan antara kecantikan budaya, keindahan alam dan spiritual. Selain itu kekayaan nenek moyang warga Bali berupa tenun tradisional yang dikenal dengan tenun Geringsing, ditampilkan dalam acara ini.
Geringsing dianggap sebagai kain suci, terutama untuk penyembuhan, seperti arti kata geringsing itu sendiri. Gering berarti penyakit dan sing berarti tidak. Maka kain ini berfungsi untuk menyembuhkan.
Ketika ditanya di mana pusat tenun Geringsing, Kepala. Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, I Gede Arya Sugiartha mengatakan, “Tenun Geringsing itu pusatnya di desa Tenganan, sebuah desa tua Bali Age yang memang memiliki tradisi tenun Gringsing yang sangat eksotik, cara pembuatannya juga tradisional, sangat awet dengan pewarnaan yang tradisional.”
Tenun Geringsing dibuat dengan metode tenun ikat ganda. Teknik semacam itu hanya dipraktekkan di beberapa negara yaitu India, Jepang dan Indonesia. Lalu, apa perbedaan dengan tenun-tenun Nusantara lainnya?
“Pertama dari segi bahannya, menggunakan bahan-bahan alami yang didapatkan dari desa Tenganan sendiri, dari akar-akaran yang dipintal menjadi benang. Ditenun, pewarna merahnya juga alami, sedikitpun tidak menggunakan bahan kimia,” jelas I Gede Arya Sugiartha.
Warga Amerika yang semula hanya mengenal batik, kini mereka mengenal tenun tradisional Grinsing yang dibuat secara alami. Itulah salah satu tujuan penyelenggara acara, AAFSW yaitu Persatuan Para Istri Diplomat Seluruh Dunia, yang bekerja sama dengan KBRI Washington, DC, seperti dijelaskan Ratna Cary, Wakil Ketua AAFSW.
“Karena kami di bawah kementrian luar negeri, maka acaranya bermacam-macam, kali ini sangat khusus karena mempertunjukkan keindahan Bali dengan tarian dan gamelannya,” ujarnya.
Duta Besar RI untuk Amerika, Rosan Ruslani dalam sambutannya mengatakan, Bali mengingatkan kita pada film tahun 2010 yang dibintangi oleh Julia Robert: “Eat, Pray, Love”. Salah satu lokasi pembuatan film itu di Bali.
Secara tak langsung film itu menarik bagi mereka yang suka berwisata, terutama ke negara atau tempat-tempat unik, seperti dikatakan seorang penonton, Karen Khatak yang mengenal Bali dari teman-temannya yang berwisata ke Bali. Ia mengagumi pertunjukan Exotic Bali itu.
“Saya paling menikmati tarian dan musiknya, sangat berbeda. Saya suka karena dijelaskan tentang arti musik dan tarian itu, serta bagaimana melakukan gerakan-gerakan mata dalam tarian itu,” katanya.
Berbicara mengenai gerakan mata dalam tarian Bali, Prof. Dr. I Made Bandem, seorang tokoh kesenian Bali memeragakan gerakan-gerakan tari Bali beserta mimik atau ekspresi wajah, kepada penonton.
Drake Avilla, seorang penonton asal Los Angeles yang belum pernah ke Bali namun mempelajari budaya Asia, tampak senang menikmati acara Exotic Bali. Ia mengetahui Bali karena temannya mempelajari gamelan Bali:
“Saya tidak mengikuti kursus, tetapi teman serumah saya mengikuti kursus gamelan. Sangat bagus dan indah untuk didengarkan,” tukasnya.
Peragaan tenun Gringsing dan tarian unggulan Bali seperti Oleg Tamulilingan, Sekar Jagad dan Tari Cendrawasih ditampilkan dalam acara itu, diiringi grup pemusik dari Bali yang dibantu oleh diaspora Bali yang tinggal di Maryland dan New York. [ps/em]
Your browser doesn’t support HTML5