Perundingan lewat mediasi oleh PBB untuk penyatuan kembali pulau Siprus yang terpecah akan dilakukan hari Rabu (28/6) di kawasan peristirahatan pegunungan mewah Crans- Montana di Swiss. Para peserta termasuk pemimpin Siprus Turki dan Yunani, menteri-menteri luar negeri dari tiga negara penjamin, Yunani, Turki dan Inggris serta pejabat senior dari Uni Eropa dan Komisi Eropa.
Siprus pecah sejak tahun 1974 ketika pasukan Turki menyerbu pulau itu untuk mencegah upaya kudeta yang bermaksud menggabungkan pulau itu dengan Yunani. Bertahun-tahun kemudian sejumlah upaya untuk mempersatukan pulau itu gagal.
Penasihat khusus Sekjen PBB mengenai Siprus, Espen Barth Eide mengatakan para peserta berharap putaran perundingan kali ini akan berbeda dari yang sudah-sudah dan bisa mencapai perjanjian menyeluruh yang akan mempersatukan kedua pihak yang bersengketa dalam sebuah serikat federal.
Ia memperkirakan upaya ini akan panjang dan sulit. Meskipun tidak ada jaminan akan sukses, mediator PBB itu tetap berpandangan positif.
“Saya lebih suka menganggap ini sebagai kesempatan terbaik bukan sebagai kesempatan terakhir. Saya kira ini adalah kesempatan terbaik. Kesempatan unik dan akan sangat menyedihkan jika disia-siakan. Sejujurnya, ini diakui oleh semua peserta,” kata Eide.
Eide mengatakan kemajuan penting telah dicapai pada isu-isu terkait wilayah, properti dan pemerintahan, pembagian kekuasaan dan ekonomi. Ia menyebut isu keamanan dan pemberian jaminan sebagai hambatan utama.
“Semua sepakat bahwa isu keamanan dan pemberian jaminan sangat penting bagi kedua komunitas. Kemajuan dalam isu ini adalah unsur penting dalam mencapai perjanjian menyeluruh dan membangun kepercayaan di antara kedua komunitas terkait dengan keamanan mereka di masa depan,” imbuhnya.
Turki memiliki sekitar 40 ribu tentara di bagian utara Siprus. Warga Siprus Yunani ingin tentara ini ditarik. Hal ini menjadi pertikaian dengan warga Siprus-Turki yang menganggap kehadiran tentara Turki sebagai pelindung mereka. [my/jm]