Direktur Utama Radio Suara Surabaya Errol Jonathan mengatakan pendapatan perusahaan medianya turun 40-60 persen pada masa pandemi Corona, utamanya sejak Mei hingga Oktober 2020. Kata dia, hal itu dikarenakan sebagian besar perusahaan menahan belanja iklan mereka di tengah pandemi. Menurutnya, sumber pendapatan yang masih dapat diandalkan berasal dari pemerintah.
"Follow the money, kita harus mampu mengendus di mana uang itu berada dan bagaimana mendapatkannya. Nah salah satu yang kami identifikasi, uang itu ada di pemerintah," jelas Errol dalam diskusi daring "Mempertahankan Eksistensi Media Akibat Dampak Pandemi Covid-19", Kamis (15/10/2020).
Errol menambahkan perusahaan miliknya mulai merambah digital dengan membuat program siaran atau talkshow di media sosial. Menurutnya, program ini sudah berjalan dan dapat menambah pendapatan baru bagi Suara Surabaya.
Selain itu, Errol juga berusaha membuat Suara Surabaya sebagai media yang dapat memberi informasi terpercaya terkait Corona kepada pendengar. Hal itu dilakukan dengan membangun kerjasama dengan Satgas Covid-19 Jawa Timur dan Surabaya. Suara Surabaya juga terbantu dengan jurnalisme warga yang bekerjasama dengan mereka. Total ada sekitar 699 ribu warga yang bisa berkontribusi untuk berita Suara Surabaya secara sukarela.
"Jurnalisme warga Suara Surabaya tidak ada yang bayar. Dan mereka menghabiskan pulsa yang lumayan cukup banyak karena mereka ingin berpartisipasi," tambah Errol.
Di samping itu, pengurus koperasi di Suara Surabaya juga menginisiasi usaha penjualan kebutuhan rutin rumah tangga dan jasa pengantaran untuk para pendengar. Errol menggandeng pelaku usaha UMKM dan pemasok barang untuk usaha penjualan ini.
Sementara CEO Media Group Muhammad Mirdal Akib menuturkan perusahaan medianya sebenarnya sudah menyiapkan sejumlah strategi untuk menghadapi guncangan digital. Namun, tantangan tersebut diperparah oleh pandemi Corona yang berdampak ke semua sektor, termasuk bisnis media.
Mirdal menjelaskan telah memecah perusahaan medianya menjadi unit-unit usaha untuk mencegah kerugian di Media Group, sekaligus mencari peluang pendapatan lainnya. Antara lain media, penyelenggara acara (EO), dan perusahaan pengelola tower.
"Total karyawan Metro TV 1.300 orang, ke depan mungkin ada 300 orang. Jadi Metro TV nanti hanya ada redaksi, sementara infrastrukturnya akan terpisah," jelas Mirdal Akib.
Akib menuturkan tantangan lainnya yaitu migrasi televisi analog menjadi televisi digital yang ditargetkan pemerintah paling lama tahun 2022 seperti diamanatkan Undang-undang Cipta Kerja. Kata Akib, migrasi digital ini akan membuat persaingan industri televisi semakin ketat karena orang dapat dengan mudah mendirikan stasiun televisi.
Kondisi yang sama juga dialami media siber di Indonesia. Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Wenseslaus Manggut menjelaskan terjadi peningkatan pembaca media siber pada masa pandemi corona hampir di seluruh wilayah sekitar 35 persen. Menurutnya, peningkatan ini didorong kebutuhan masyarakat terhadap corona.
Namun, peningkatan pembaca media tidak mendongkrak pendapatan perusahaan. Bahkan, pendapatan perusahaan turun sekitar 30-40 persen. Salah satu penyebabnya adalah perusahaan media saat ini tidak menguasai jalur distribusi sehingga kesulitan dalam mencari pendapatan. Sebab, kata dia, hampir semua distribusi konten berita sekarang dipegang perusahaan digital seperti Google dan Facebook.
"Sekarang distribusi konten kita mungkin 80-85 persen dipegang oleh perusahaan tech company, bukan oleh media company sendiri," jelas Wens.
Wens mengatakan sudah ada satu media siber di Jawa Timur yang tutup saat pandemi Corona. Sementara lainnya telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pemotongan gaji untuk dapat bertahan.
Your browser doesn’t support HTML5
Wens mengusulkan perlu ada kolaborasi antara perusahaan media dengan perusahaan teknologi seperti Google atau Facebook. Salah satu yang sudah berjalan yaitu pemberian bantuan dana dari Google ke puluhan media yang ada di Indonesia.
Pemerintah Kerjasama dengan Media Saat Pandemi
Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika Rosarita Niken Widiastuti mengatakan pemerintah telah menggandeng perusahaan media dalam pelayanan informasi dan produksi konten terkait Corona. Total ada Rp298 miliar yang disiapkan pemerintah yang sebagian di antaranya bisa menjadi sumber pendapatan media dari kebijakan ini. Ia menegaskan kebijakan ini bukan untuk tujuan politik melainkan terkait penanganan Corona.
"Ada 6.120 slot iklan layanan masyarakat dan dialog interaktif di televisi. Dan ada 13 ribu lebih iklan di radio dan dialog interaktif," kata Niken Widiastuti.
Niken menjelaskan kerjasama ini diperuntukkan untuk semua jenis media yakni media cetak, siber, radio dan televisi. Menurutnya, perusahaan media dapat menghubungi asosiasi-asosiasi perusahaan media untuk dapat bekerjasama dengan kementeriannya dalam kebijakan ini.
Selain itu, pemerintah juga telah berkomitmen untuk memberikan sejumlah insentif guna mengatasi ancaman penutupan perusahaan pers dan PHK pekerja media akibat pandemi Corona. Antara lain menghapus pajak pertambahan nilai (PPN) bagi kertas koran dan mengupayakan mekanisme penundaan atau penangguhan beban listrik bagi industri media. [sm/em]