Menurut laporan Tire Industry Project, satu miliar ban yang habis masa pakainya, dihasilkan secara global setiap tahunnya. Dan diperkirakan, empat miliar sampah ban saat ini berada di tempat pembuangan dan timbunan sampah, di seluruh dunia.
Namun, ban-ban bekas di Nigeria ini tidak akan dibuang ke tempat semacam itu.
Seiring upaya dunia untuk mengelola limbah ban, Freee Recycle di Nigeria mengubah ban bekas menjadi batu bata, ubin lantai, sandal jepit, dan barang-barang lainnya.
Direktur Pelaksana di lembaga itu, Ifedolapo Runsewe, mengatakan tidak sulit menemukan masalah yang terjadi di jalanan Nigeria.
“Saya pikir, jika Anda berjalan kaki lima menit atau sepuluh menit, saya jamin Anda akan melihat setidaknya sepuluh ban, bukan? Anda menemukannya di saluran air, Anda menemukannya di sudut jalan di tempat yang tidak seharusnya,” katanya.
“Ini juga cukup serbaguna dalam hal bahan dasarnya, kalau kita bicara tentang karet, yang sebagian besar digunakan di sini. Dan bahkan baja, yang cukup berharga, dan ada juga serat, yang memiliki manfaat dan kegunaannya sendiri,” tambah dia.
BACA JUGA: Janji Sepasang Pengantin Baru di Taiwan: Hingga Sampah Memisahkan KitaFreee Recycle mulai beroperasi pada tahun 2018 dengan sekitar empat karyawan. Karyawannya, sejak itu melonjak menjadi lebih dari 150 orang di pabrik. Perusahaan ini mengatakan, mereka telah mengolah lebih dari 600 ribu ban. Lebih dari 400 ribu di antaranya, telah didaur ulang menjadi produk baru.
Ban diolah dan digiling menjadi potongan-potongan kecil. Limbah tersebut kemudian dicampur dengan perekat yang memungkinkan para pekerja mengolah limbah menjadi berbagai macam produk.
Produk perusahaan yang paling populer adalah batu paving karet, yang harganya sekitar $60 untuk satu set berisi 40 buah.
Produk Freee Recycle tersedia di kota-kota besar Nigeria, termasuk Lagos, Abuja, dan Port Harcourt.
Beberapa produk daur ulang sedikit lebih mahal dibandingkan produk yang sudah ada sebelumnya, dan produsen mengaitkan hal ini dengan umur simpan produk mereka yang lebih lama.
Bolanle Emmanuel, koordinator Dewan Promosi Ekspor Nigeria di negara bagian Oyo, mengatakan salah satu tantangannya adalah mendistribusikan bahan mentah ke lokasi-lokasi ini.
“Ini adalah satu-satunya industri daur ulang ban yang pernah saya lihat di Nigeria. Mengolah potongan-potongan seperti ini, dan ban bekas menjadi karet, seperti itu,” katanya.
“Saya rasa untuk mengatasi tantangan ini, mereka dapat mereplikasi pusat pengolahan ini di berbagai komunitas, di mana mereka dapat memotong ban, sehingga ukurannya bisa dimasukkan ke dalam karung. Ketika ban tersebut telah dipotong dalam ukuran yang berbeda, ban tersebut dapat dengan mudah dibawa ke tempat yang mereka inginkan untuk digunakan membuat produk akhir,” tambah Emmanuel.
Your browser doesn’t support HTML5
Freee Recycle yakin, telah mencegah lebih dari 8.100 ton emisi CO2 sejak memulai operasionalnya.
“Dari segi lingkungan, mereka memanfaatkan material dengan baik, yang biasanya dibuang menjadi limbah atau dibakar, sehingga menyebabkan polusi udara yang besar,” kata Eid Zouki, seorang insinyur konstruksi, yang baru-baru ini meminta Freee Recycle memasok ubin lantai untuk sebuah sekolah.
“Mungkin dalam skala yang lebih besar, sekarang kita memiliki masyarakat yang lebih sadar lingkungan di seluruh dunia. Menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan, menggunakan kembali, mendaur ulang, dan memanfaatkan bahan-bahan yang biasanya dibuang menjadi limbah, akan menjadi tren, dan pada akhirnya akan diterapkan di seluruh Afrika,” tambahnya. [ns/ab]