Untuk pertama kalinya dalam lima dekade terakhir, sebuah pesawat luar angkasa asal Amerika sedang menuju Bulan setelah meluncur dengan lancar dari landasannya. Akan tetapi, misi bersejarah yang dipimpin oleh perusahaan swasta itu mengalami masalah teknis yang berpotensi menggagalkan misi tersebut.
Roket baru milik United Launch Alliance bernama Vulcan Centaur meluncur dari Stasiun Angkatan Luar Angkasa Cape Canaveral di Florida pada pukul 2.18 pagi waktu setempat sambil membawa lunar lander, alias pesawat antariksa yang dirancang untuk mendarat di bulan, milik Astrobotic bernama Peregrine.
Peregrine memisahkan diri sesuai rencana, menyalakan sistemnya dan menjalin kontak dengan pengawas darat.
Namun “sayangnya, terjadi sebuah anomali yang menghalangi Astrobotic mencapai orientasi stabil yang mengarah ke matahari,” cuit akun Astrobotic di X, sebelumnya Twitter, sambil menambahkan bahwa timnya sedang berusaha mengatasi masalah tersebut dan akan memberikan kabar terbaru.
Selama berada di orbit, panel surya yang dipasang di bagian atas Peregrine tetap mengarah ke matahari untuk memaksimalkan pembangkitan listrik sebagai sumber energi pesawat antariksa tersebut.
“Panel surya itu digunakan untuk mengisi daya baterai dan menjaga operasi pendaratan dan muatan,” menurut dokumentasi robot itu. Listrik dibutuhkan untuk menghidupkan komputer dan menjaga jalur komunikasi dan sistem kendali penerbangan.
Peregrine seharusnya mencapai Bulan, kemudian mengorbit selama beberapa minggu sebelum mendarat di wilayah garis lintang tengah Bulan bernama Sinus Viscositatis, alias Teluk Lengket, pada 23 Februari.
Hingga kini, pendaratan mulus di Bulan baru berhasil dilakukan oleh segelintir badan antariksa nasional. Uni Soviet adalah yang pertama melakukannya pada 1966, disusul oleh Amerika Serikat yang hingga kini masih menjadi satu-satunya negara yang pernah mendaratkan manusia di Bulan.
BACA JUGA: Dua Perusahaan Berlomba Lakukan Pendaratan Bulan Pertama AS Sejak Misi Apollo pada 1972China telah berhasil mendarat tiga kali dalam satu dekade terakhir, sementara India menjadi negara terbaru yang meraih pencapaian tersebut dalam percobaan keduanya tahun lalu.
Kini, Amerika Serikat tengah beralih ke sektor komersial untuk merangsang kegiatan perekonomian yang lebih luas menyangkut Bulan dan mengirimkan perangkat kerasnya dengan biaya yang lebih murah melalui program Commercial Lunas Payload Services (CLPS).
Medan Berbahaya
NASA membayar Astrobotic lebih dari $100 juta (sekitar Rp1,5 triliun) untuk menjalankan misi tersebut, sementara perusahaan lain yang dipekerjakan NASA dan bermarkas di Houston, Intuitive Machines, berencana melakukan peluncuran pada bulan Februari dan mendarat di dekat kutub selatan Bulan.
NASA mengatakan, misi-misi itu akan membantu membukakan jalan bagi program Artemis yang bertujuan untuk membawa astronaut kembali ke Bulan pada akhir dekade ini, dalam persiapan misi masa depan ke Mars.
Pendaratan terkendali di permukaan Bulan merupakan sebuah pekerjaan yang menantang, di mana separuh pendaratan yang sudah pernah dilakukan sebelumnya berakhir kegagalan.
Tanpa adanya atmosfer yang memungkinkan penggunaan parasut, pesawat luar angkasa harus menavigasi diri melalui medan berbahaya dengan hanya menggunakan mesin pendorongnya untuk mendarat secara perlahan.
Misi-misi swasta yang dilakukan Israel dan Jepang, termasuk upaya terbaru yang dilakukan badan antariksa Rusia, berakhir gagal – meskipun Badan Antariksa Jepang masih menantikan pendaratan pesawat antariksa lainnya, SLIM, di Bulan pada pertengahan Januari setelah meluncur sejak September lalu.
BACA JUGA: Pendarat Bulan Milik Jepang Masuki Orbit BulanPeluncuran roket hari Senin merupakan peluncuran pertama bagi roket Vulcan milik ULA, yang mempertahankan tingkat keberhasilan 100 persen perusahaan tersebut dalam lebih dari 150 peluncuran sebelumnya.
Vulcan direncanakan memiliki mesin pendorong tahap pertama yang dapat digunakan kembali, yang diharapkan oleh perusahaan tersebut dapat menghemat biaya. ULA sendiri merupakan perusahaan patungan antara Lockheed Martin dan Boeing.
Sisa-sisa Jasad Manusia
Pesawat pendarat Bulan Peregrine membawa serangkaian instrumen ilmiah yang akan digunakan untuk menyelidiki radiasi dan komposisi permukaan Bulan, untuk membantu membukakan jalan bagi kembalinya para astronaut ke satelit alami Bumi tersebut.
Tidak hanya itu, Peregrine juga membawa muatan lain, termasuk kendaraan penjelajah seukuran kotak sepatu yang dibuat oleh Universitas Carnegie Mellon, Bitcoin fisik, hingga sisa-sisa jasad manusia yang dikremasi dan DNA milik sejumlah sosok, seperti pencipta Star Trek Gene Roddenberry, ilmuwan sekaligus penulis fiksi ilmiah legendaris Arthur C. Clarke dan seekor anjing.
Bangsa Navajo, suku asli terbesar di Amerika, mengajukan keberatan atas rencana membawa sisa jasad manusia ke Bulan, karena dianggap sebagai bentuk penodaan ruang suci. Meski diberi kesempatan bertemu dengan pejabat Gedung Putih dan NASA, keberatan mereka gagal membatalkan rencana tersebut.
Sementara bagian atas roket Vulcan, yang akan mengelilingi Matahari setelah wahana pendaratnya diluncurkan, membawa serta sisa jasad anggota Star Trek, juga sampel rambut sejumlah presiden AS, termasuk George Washington, Dwight D. Eisenhower dan John F. Kennedy. [rd/jm]