Pesta Pernikahan Virtual dengan Green Screen dan Upaya Berdamai dengan The New Normal

Konsep pernikahan virtual yang Yurry tawarkan hanya memperbolehkan maksimal 15 orang terlibat dalam prosesi maupun resepsi pernikahan. (courtesy: GM Production)

Pada pertengahan Mei 2020, sebagian warganet Indonesia ramai membagikan sebuah video pernikahan virtual dengan menggunakan teknologi green screen alias layar hijau. Pelaminan bernuansa tradisional yang tampak dalam video itu tak lain adalah dekorasi virtual yang wujudnya bisa diubah sesuai kehendak melalui teknologi tersebut.

Konsep itulah yang dipasarkan sebuah jasa penyelenggara acara alias event organizer di Yogyakarta melalui video yang beredar. “Kalau kayak kita kan, kita nggak bisa jual produk tanpa customer tahu duluan, jadi kita mesti modalin dummy (video contoh) dulu,” ujar Yurry Apreto, Direktur Penjualan GM Production Indonesia, event organizer di Yogyakarta yang mencetuskan ide tersebut.

BACA JUGA: Tips Siap Mental Hadapi New Normal

Konsep pernikahan tradisional dengan banyak tamu yang hadir secara fisik ia modifikasi ke dalam bentuk pernikahan virtual. Hanya pengantin, keluarga, penghulu dan panitia acara yang diperkenankan hadir di lokasi, sementara para tamu dapat menyaksikan pesta tersebut secara virtual sambil menikmati hidangan yang dikirimkan melalui jasa katering pilihan.

Menurut Yurry, dengan demikian, pengantin dapat tetap menggelar pernikahan secara aman dan jauh lebih hemat di tengah pembatasan sosial akibat pandemi virus corona. “Semua aktivitas yang ada dalam virtual wedding maksimal hanya 15 orang,” ujar Yurry, menyesuaikan isi surat edaran Kementerian Agama, yang mengatur pernikahan hanya boleh dihadiri maksimal 30 orang.

Pengantin dan semua orang yang terlibat dalam acara wajib mengenakan masker wajah sebagai salah satu protokol kesehatan pernikahan virtual di tengah pandemi Covid-19. (courtesy: GM Production)

Pihaknya juga akan memastikan kesterilan gedung pelaksanaan pernikahan, mengukur suhu tubuh pihak-pihak yang terlibat menggunakan termometer, serta mewajibkan penggunaan masker, sarung tangan hingga face shield alias pelindung wajah.

Yurry mengaku mendapat ilham setelah menyimak berita tentang banyaknya pesta pernikahan yang dibubarkan pihak berwajib di awal masa pandemi virus corona. “Banyak event yang dibatalin. Jadi, event-event pernikahan itu udah ada

lengkap pelaminan, udah lengkap dekor, udah lengkap katering, (lalu) polisi datang, satpol PP datang. Bayangin mantennya nangis, dibubarin (pestanya),” tuturnya.

‘Memvirtualkan’ Amplop dan Salaman di Pelaminan

Menurut Yurry, dalam konsep pernikahan virtual yang ia kembangkan, hampir tidak ada susunan acara yang berubah. Hanya sejumlah teknis pelaksanaan acara yang disesuaikan dengan kondisi pembatasan sosial.

Pertama, para tamu hadir melalui layanan pertemuan virtual seperti Zoom maupun Webex. Pengantin dan pihak keluarga dapat melihat mereka melalui layar raksasa yang ditempatkan di sebrang pelaminan. Di sinilah undangan dapat melihat pengantin duduk di pelaminan virtual menggunakan teknologi green screen.

Kedua, alih-alih bersalaman di pelaminan, para tamu dapat mengucapkan selamat kepada pengantin dengan panduan pembawa acara. “Salam-salamannya itu diganti pakai MC (master of ceremony), mereka akan nyapa, ‘Eh Mas Andi, terima kasih ya Mas udah melihat prosesi kami,’ semua akan kita kasih kesempatan untuk nyapa. Jadi prosesi salam-salamannya akan diganti dengan proses silaturahmi virtual,” bebernya.

Tamu undangan akan disapa pemandu acara untuk dapat mengucapkan selamat secara virtual kepada kedua mempelai.(courtesy: GM Production)

Ketiga, tamu dapat memberikan ‘amplop’ alias hadiah uang melalui nomor rekening yang ditampilkan di layar pertemuan virtual. Terakhir, karena tamu tidak hadir secara langsung untuk dapat menikmati jamuan pesta, maka hidangan makanan dan cinderamata akan dikirimkan menggunakan jasa kurir ke tempat tinggal para tamu undangan.

Membangkitkan Industri yang Lumpuh Akibat Pandemi

Konsep pernikahan virtual yang Yurry dan timnya ramu, tidak lepas dari upaya mereka untuk membangkitkan kembali bisnis event organizer yang lumpuh sejak pandemi Covid-19 menyergap. “Job terakhir kita itu sekitar tanggal 14 Maret. Habis itu kosong sama sekali,” aku Yurry.

Industri penyelenggaraan acara menjadi satu di antara banyak industri lain yang terdampak langsung pandemi virus corona. Pasalnya, pemerintah melarang aktivitas yang mengumpulkan massa, termasuk pesta pernikahan.

Konsep pernikahan virtual salah satu upaya menghidupkan bisnis industri penyelenggaraan acara, termasuk event organizer, di tengah pembatasan Covid-19 (foto: ilustrasi).

Dalam industri penyelenggaraan acara, bukan hanya para event organizer yang menelan pil pahit, melainkan juga usaha lain yang berkelindan dengannya, seperti bisnis katering, rias pengantin, hingga pembawa acara. “Begitu masuk April, beberapa job ada yang di-cancel ada yang dimundurin. Jadi memang kayak diputarbalikkan 180 derajat (situasinya). Cepat banget,” kata Tio Andito, salah seorang pemandu acara profesional di Yogyakarta.

Tio mengaku bahwa sumber penghasilan utamanya berasal dari profesinya sebagai seorang MC (Master of Ceremony) yang bisa 25 kali ia lakoni setiap bulannya. “Seminggu-dua minggu setelah virus corona masuk Indonesia, kita masih benar-benar drop, kita nggak ngerti apa yang kita lakukan nih,” imbuhnya, “Kalau misalnya kita bikin prioritas, dari sekian banyak kebutuhan, kan (profesi) kita masuk di kebutuhan akhir, yaitu hiburan.”

Di tengah ketidakpastian itu, konsep pernikahan virtual seperti yang ditawarkan Yurry memberi Tio asa. “Jadi memang aku agak berharap lebih dengan adanya event-event yang dibuat secara online ini,” ujar Tio.

Hal senada juga diungkapkan Yurry untuk sesama pekerja event. Ia berharap upayanya dengan menawarkan produk pernikahan virtual bisa membantu menghidupkan kembali bisnis-bisnis terkait yang sempat mati suri. “Kalau kita bertahan dengan kondisi yang di Indonesia saat ini – WHO aja nggak tahu kapan ini akan berakhir – berarti kan kita harus berdamai dengan the new normal ini,” ujarnya.

Alternatif Menikah di Tengah Pandemi

Meskipun konsep pernikahan virtual terhitung baru ditawarkan pebisnis event organizer di Indonesia, nyatanya pernikahan dengan kehadiran virtual tamu undangan sudah lebih dulu dilangsungkan sejumlah pasangan secara mandiri, termasuk di Amerika Serikat. Edward Kenney di antaranya.

Sebelumnya, Edward yang tinggal kota Baltimore, negara bagian Maryland AS, telah merencanakan pernikahannya dan sang kekasih sejak akhir tahun lalu. Persiapan selama berbulan-bulan terpaksa bubar akibat pandemi virus corona. Selain penutupan berbagai bisnis yang berkaitan dengan penyelenggaraan pernikahannya, kehadiran 200 tamu yang ia undang pun tak bisa terwujud dengan aturan karantina wilayah yang sedang berlaku.

Pelaminan yang ada di belakang kedua pengantin merupakan pelaminan virtual yang ditampilkan sesuai keinginan mempelai menggunakan teknologi green screen (layar hijau).

Pada akhirnya, Edward memutuskan untuk tetap melangsungkan pernikahan meski dengan persiapan mandiri. Ia pun memanfaatkan teknologi pertemuan virtual yang kini populer di tengah pandemi untuk membagikan momen hari bahagianya.

“(Mulanya) saya tidak punya ekspektasi apa-apa, kami merencanakan semuanya dalam waktu satu minggu, tapi saya bisa katakan bahwa kenyataannya melebihi ekspektasi saya,” ujar Edward yang berprofesi sebagai seorang jaksa, saat dihubungi VOA sehari setelah pernikahan virtualnya.

Your browser doesn’t support HTML5

Pesta Pernikahan Virtual dengan Green Screen dan Upaya Berdamai dengan The New Normal


Meski demikian, Edward dan pasangannya sempat gagap menangani aspek teknologi virtual dalam pernikahan mereka. “Apakah cocok diletakkan di sini (kameranya)? siapa yang akan memegang teleponnya?” tutur Edward mengingat kembali momen tersebut, “Andai saja kita bisa membayar jasa penyelenggara acara.”

Saat ditanya apakah ia akan menyarankan pasangan lain untuk melangsungkan pesta pernikahan secara virtual, ia menjawab, “Itu pertanyaan yang sulit. Saya tidak akan melarang orang melakukannya. Saya rasa itu salah satu alternatif yang ada, apalagi mengingat biaya yang jauh lebih murah. Anda bisa mempertimbangkannya.” [rd/em]