Steve Nightingale, petani dari daerah Henry, Illinois, bersama ratusan petani lainnya dari komunitas pertanian di seluruh negara bagian di Amerika Serikat, berkumpul dalam pertemuan tahunan Biro Pertanian Illinois di Chicago bulan ini. Mereka membahas langkah ke depan, di tengah ketidakpastian kebijakan perdagangan Amerika Serikat.
“Ekonomi pertanian sedang tidak bagus saat ini. Kemungkinan diberlakukannya tarif, ditambah kondisi ekonomi sekarang, membuat segala keputusan jadi mengkhawatirkan,” kata Nightingale.
Departemen Pertanian Amerika Serikat memprediksi bahwa pada tahun 2024, pendapatan bersih para pertani Amerika akan turun hampir 25 persen dari level tertingginya pada tahun 2022. Di sisi lain, harga komoditas seperti pupuk masih sangat tinggi.
Nightingale khawatir situasi ekonomi di Amerika Serikat akan semakin memburuk jika rencana Presiden terpilih Donald Trump untuk menerapkan tarif terhadap sejumlah mitra dagang Amerika Serikat diwujudkan. “Jika negara-negara lain membalas kita, mereka akan menyerang sektor penting, yaitu pertanian,” lanjutnya.
Nightingale, yang juga kepala Biro Pertanian daerah Henry, berharap sosok menteri pertanian pilihan Trump, Brooke Rollins, memahami kekhawatirannya soal kebijakan tarif dan pentingnya meloloskan RUU Pertanian Amerika Serikat yang baru untuk menggantikan undang-undang sebelumnya yang telah habis masa berlakunya awal tahun ini.
“Kami cukup terkejut, karena namanya tidak pernah ada dalam daftar yang kami lihat,” kata David Isermann dari Biro Pertanian daerah LaSalle.
Isserman bertani di pinggiran Streator, Illinois, LaSalle, salah satu daerah penghasil jagung dan kedelai terbesar di negara itu. “(Rollins) memang tidak memiliki latar belakang seperti menteri-menteri pertanian lainnya, tapi bukan berarti dia buruk. Kita lihat saja nanti,” tambahnya.
Rollins, yang pernah menjabat sebagai penjabat direktur Dewan Kebijakan Dalam Negeri Gedung Putih selama masa pemerintahan Trump sebelumnya, adalah lulusan Texas A&M University dengan gelar di bidang manajemen pertanian.
“Ia punya sedikit pengalaman [di bidang pertanian], dan semoga dia punya pikiran terbuka dan benar-benar mendukung petani, seperti yang ia katakan sebelumnya,” ujar Isermann.
Ia juga mencoba berpikiran terbuka soal kebijakan perdagangan Amerika Serikat yang berubah.
“Selama presiden baru belum menjabat, kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi, tapi kami sudah mendengar diskusi antara [Trump] dengan Kanada, dan tampaknya pembicaraan itu berjalan produktif, jadi mungkin ini berhasil untuk kasus Kanada,” kata David Isermann.
Dan Miller, CEO Steward, perusahaan yang menjaring investor secara daring dan menghubungkan mereka dengan petani serta produsen lainnya, dalam wawancara dengan VOA melalui Skype, mengatakan, “Saya hanya tidak ingin model pertanian yang bergantung pada kebijakan pemerintah.”
Miller mengatakan, pemberlakuan tarif impor dapat meningkatkan keragaman jenis tanaman yang ditanam petani, dan ke mana mereka menjualnya, sehingga ketergantungan terhadap ekspor jagung dan kedelai akan beralih menjadi peningkatan produksi tanaman lainnya.
“Anda memiliki model [pertanian] yang bergantung pada banyak kebijakan dan sokongan pemerintah. Kebanyakan petani yang bekerja sama dengan saya lebih memilih untuk tidak bergantung pada model itu. Mereka hanya terjebak dalam [sistem]. Mereka menanam jagung dan kedelai karena mereka bisa menyetornya ke elevator biji-bijian dan langsung dibayar,” tambah Miller.
Elevator biji-bijian adalah fasilitas berbentuk menara yang digunakan untuk menyimpan dan mengangkut biji-bijian seperti jagung dan kedelai.
Miller menyadari bahwa mengubah produksi satu jenis tanaman ke tanaman lainnya membutuhkan waktu, biaya, dan proses yang rumit dengan infrastruktur baru. Namun, ia berharap perdebatan mengenai tarif dan kebijakan pertanian Amerika Serikat memungkinkan adanya perubahan kebijakan tersebut. “Kami hanya ingin pasar bebas,” tegas Nightingale.
Sementara ia ingin ada pembeli baru untuk produk jagung dan kedelainya, Isermann lebih menginginkan adanya kepastian dalam kebijakan perdagangan dan pertanian Amerika Serikat. “Kami diperalat, sektor pertanian diperalat, dan itu membuat saya khawatir,” pungkasnya. [br/ab]