Dua calon kuat sebagai umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) adalah ketua umum sebelumnya, Prabowo Soebianto yang menjabat sejak 2004 hingga 2009, yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra dan Jafar Hapsah yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPP Partai Demokrat. Selain itu muncul juga nama-nama seperti politisi Golkar, Titiek Soeharto, mantan Gubernur DKI, Soetiyoso dan mantan Menteri Pertanian sekaligus politisi PKS, Anton Apriantono.
Dalam diskusi akhir pekan di Jakarta, pengamat politik dari Universitas Paramadina, Jakarta, Burhanuddin Muhtadi berpendapat Munas HKTI kali ini terkesan memperebutkan petani sebagai pendukung politik menjelang Pemilu 2014 mendatang. Kondisi itu menurutnya sangat memprihatinkan karena seharusnya petani dibantu, dan bukan dimanfaatkan.
“Ini seharusnya menjadi Munas dan hari rayanya kaum petani, bukan menjadi Munasnya politisi” ujar Burhanuddin.
Menurut H.S. Dillon, pengamat pertanian internasional yang juga anggota Komite Ekonomi Nasional atau KEN, yang dibentuk Presiden Yudhoyono beberapa waktu lalu, sebelum pemerintah berhasil menyusun program yang lebih jelas tentang pertanian, maka hidup petani di tanah air masih sangat jauh dari sejahtera. Ia memberi contoh pemerintah harus mampu memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia.
“Tidak ada yang susah membangun bangsa, lihat Malaysia, dulu petani mereka lebih jelek dari pada kita, tapi mereka berhasil karena mereka berpihak dan melaksanakan urut-urutan yang tepat” kata H.S. Dillon.
Hal senada disampaikan Ferry Julianto, Ketua Umum Dewan Tani Indonesia. Menurutnya harus ada keseriusan pemerintah untuk lebih meningkatkan sektor pertanian, sekaligus meningkatkan taraf hidup petani.
“Indonesia harus menjadi negara industri berbasis pertanian dan bahari, setelah itu seluruh BUMN, seluruh kementrian membuat roadmap, selanjutnya kita semua elemen masyarakat, organisasi petani, partai politik bekerja mendukung arah yang telah dibuat itu” ungkap Ferry.
Menanggapi berbagai masukan sekaligus kritik terkait partai politik dalam kehidupan petani, salah satu calon ketua umum HKTI, Jafar Hapsah berangggapan hal itu tidak ada salahnya. Bahkan, ia menilai keterlibatan langsung politisi di tengah para petani akan membuka kesempatan bagi petani untuk lebih terbuka mengenai berbagai hal. Menurutnya tidak benar partai politik memanfaatkan petani untuk berpolitik.
“HKTI sekarang dan ke depan adalah menjadi mediator dari pada petani dan stake holder dan lainnya dengan pemerintah, HKTI harus kedepan dia selalu memperjuangkan daripada kepentingannya, bargain juga dengan pemerintah, HKTI juga harus menjadi wadah dari semua kelompok golongan untuk berbicara pertanian” terang Jafar.
Berbagai persoalan hingga kini memang masih menghimpit para petani, termasuk catatan yang dirilis Serikat Petani Indonesia (SPI) beberapa waktu lalu, bahwa pendapatan petani saat ini sekitar 8.200 rupiah per hari, sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kondisi tersebut menurut SPI karena tidak ada keberpihakan pemerintah terhadap para petani.