Petugas Laboratorium Berpeluang Terpapar Covid-19

Para petugas medis sedang memeriksa sampel darah di laboratorium Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, 1 September 2016. (Foto: Reuters)

Pengamanan tidak maksimal menyebabkan sejumlah tenaga laboratorium yang memeriksa sampel Covid-19 tertular virus corona.

Ketua Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan, tidak hanya petugas medis yang dapat tertular virus corona, tapi juga petugas laboratorium.

“Beberapa waktu yang lalu sejumlah dokter dan tenaga laboratorium itu sempat terpapar Covid karena ada kebocoran dari laboratorium,” ujar Doni.

Doni tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan kebocoran. Ia juga tidak menjelaskan di mana dan berapa orang yang terpapar. Hanya saja ia mengatakan pihaknya akan senantiasa memperbaiki sistem keamanan laboratorium yang diyakininya belum cukup maksimal, agar para petugas bisa terlindungi dengan baik.

“Ini yang harus kita jaga. kita harus betul-betul meyakini jangan sampai dokter kita, perawat kita petugas laboratorium kita menjadi korban atau apa namanya menjadi berisiko karena sistemnya belum maksimal. Jadi kami bersama dengan Kementerian Kesehatan di bawah bimbingan dari Bapak Menko PMK akan senantiasa memperhitungkan segala aspek ya terutama masalah keamanan dari tenaga medis kita,” jelasnya.

Chairman Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof. Amin Soebandrio di Kantor Staff Kepresidenan, Jakarta. (Foto: dok).

Sementara itu, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Amin Soebandrio kepada VOA mengatakan di Eijkman sendiri, pihaknya selalu menerapkan standar keselamatan yang cukup tinggi, untuk menghindari kemungkinan tertularnya virus corona ini. Ia mencontohkan petugas laboratorium di Eijkman selalu menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sangat lengkap.

“Buat Eijkman kami selalu menerapkan standar safety yang tinggi, atau yang paling tinggi artinya kita tidak mengambil resiko sehingga petugas di laboratorium tertular dari sampelnya. Jadi kalau di lihat di Eijkman, sejak sampel itu datang, orang yang bawa atau kurirnya saja sudah dipisahkan. Kemudian boksnya juga di semprot dulu sebelum dibuka, jadi mulai dari penerimaan sampel sudah dilakukan antisipasi. Sampai dokumennya pun di semprot baru ditangani oleh teman-teman di laboratorium,” jelasnya.

Lanjutnya, memang dibutuhkan orang yang sudah terlatih untuk bisa melakukan pengujian sampel Covid-19 agar tidak terjadi kebocoran. Sampai sejauh ini, pihaknya belum menemukan kebocoran apapun di laboratoriumnya.

“Bisa terjadi kalau kita tidak tertib, tidak memakai APD, lalu waktu melepaskan APDnya, kemudian menangani sampel dan sebagainya. Ini membutuhkan komitmen tinggi, dan orangnya harus dilatih. Gak bisa sembarangan orang masuk di laboratorium,” imbuhnya.

Menurutnya, kebocoran tersebut tidak hanya bisa terjadi di dalam laboratorium saja. Pihak luar pun, bisa menjadi penyebab terpaparnya petugas di dalam laboratorium.

Seorang petugas laboratorium sedang menyiapkan medium untuk menumbuhkan virus di laboratorium Lembaga Biologi Molekuler Eijkman di Jakarta, 31 Agustus 2016. (Foto: Reuters)

“Bisa terjadi di setiap lini, artinya mulai dari sampel yang masuk yaitu boksnya , petugas yang membawa, ya mungkin saja itu terjadi di luar laboratorium. Artinya ada petugas yang ketularan dari luar, kemudian dia masuk di dalam laboratorium lalu menularkan ke orang lain bisa saja,” paparnya.

Sejalan dengan target pemerintah untuk menguji spesimen sebanyak 20.000 per hari, Eijkman akan siap berkontribusi dengan meningkatkan kapasitas pemeriksaan. Sejauh ini, Eijkman telah memeriksa 11.000 spesimen sejak Maret. Sementara per harinya, Eijkman bisa memeriksa sebanyak 500-700 sampel. Amin pun menargetkan laboratorium Eijkman bisa memeriksa sebanyak 1.000 sampel per hari.

Kasus Corona di Indonesia Dekati 30.000

Juru bicara penanganan kasus virus corona Dr Achmad Yurianto melaporkan pada Jumat (5/6) jumlah kasus corona di Indonesia menjadi 29.521, setelah ada penambahan 703 kasus baru.

Adapun, lima provinsi dengan kasus positif terbanyak secara kumulatif adalah mulai dari DKI Jakarta 7.766, Jawa Timur 5.549, Jawa Barat 2.366, Sulawesi Selatan 1.726, Jawa Tengah 1.537.

Selain itu, juga tercatat ada 551 pasien yang sudah diperbolehkan pulang, sehingga total pasien yang telah pulih mencapai 9.443. Jumlah kematian masih terus bergerak naik. Sebanyak 49 orang meninggal dunia sehingga total yang meninggal menjadi 1.770 .

Jumlah orang dalam pemantauan (ODP) menjadi 49.320 dan pasien dalam pengawasan (PDP) menjadi 13.592. [gi/ab]