Pidato di Depan Diplomat, Paus Suarakan Keprihatinan Dunia

  • Sabina Castelfranco

Paus Fransiskus berpidato di hadapan para diplomat di Vatikan, Senin (7/1).

Paus Fransiskus menyinggung banyak keprihatinan global dalam pidatonya di hadapan para diplomat di Vatikan. Di antara isu-isu itu adalah meningkatnya nasionalisme, imigrasi, kerentanan dalam masyarakat, perdagangan senjata dan pelecehan seksual.

Dalam pidato tahunan State of the World di hadapan para diplomat dari 183 negara yang memiliki hubungan dengan Vatikan, Paus Fransiskus menyuarakan keprihatinannya mengenai kebangkitan gerakan nasionalisme dan populisme dan memperingatkan untuk tidak mengadopsi solusi sepihak untuk mengatasi isu migrasi.

Paus mengatakan dia sadar "gelombang migrasi dalam beberapa tahun belakangan telah menyebabkan ketidakyakinan dan keprihatinan di kalangan masyarakat di banyak negara, terutama di Eropa dan Amerika Utara, dan ini telah mendorong sejumlah pemerintahan untuk membatasi jumlah pendatang baru, bahkan mereka yang transit sekalipun."

Ditambahkannya, dia tidak yakin "solusi parsial efektif bagi isu yang universal."

"Di antara mereka yang rentan yang perlu dibela oleh masyarakat internasional," lanjut Paus, bukan hanya pengungsi tapi juga migran.

Paus kembali meminta pemerintah-pemerintah untuk menyediakan bantuan kepada semua orang yang terpaksa beremigrasi dan untuk memfasilitasi upaya-upaya yang bertujuan untuk membantu mereka berintegrasi ke dalam masyarakat di negara-negara penerima.

Paus mengatakan, "Berbagai upaya juga perlu dilakukan untuk mencegah orang-orang dipaksa untuk meninggalkan keluarga dan negara mereka, dan mengijinkan mereka untuk pulang dengan aman dan dengan menghormati martabat dan HAM mereka."

Suriah dengan jumlah kematian yang tinggi termasuk diantara negara-negara yang menjadi keprihatinan Paus. Dia mendesak masyarakat internasional untuk memajukan solusi politik bagi perang di sana.

"Penting," kata Paus kepada para diplomat, "untuk mengakhiri pelanggaran UU kemanusiaan, yang menyebabkan warga sipil menderita, terutama perempuan dan anak-anak, dan merugikan struktur-struktur penting seperti rumah, sekolah dan kamp-kamp pengungsi, serta rumah ibadah."

Paus juga menyinggung soal pelecehan seksual pada anak-anak, menyebutnya "salah satu masalah besar di zaman ini."

Paus mengatakan sebuah pertemuan pada bulan Februari di Vatikan, dimana diskusi akan diadakan oleh para pemimpin gereja mengenai bagaimana ke depannya, akan "menyoroti fakta-fakta dan meringankan luka-luka yang diakibatkan kejahatan semacam itu."

Paus mengakui bahwa kesalahan-kesalahan telah dibuat di masa lalu, tapi dia berjanji untuk mengubahnya menjadi peluang untuk menghapuskan masalahnya dari Gereja dan masyarakat. (vm)