Pihak Berwenang AS Pastikan Beribadah Tanpa Rasa Takut di Bulan Ramadan

Muslim New York melakukan buka puasa bersama antaragama di luar Trump Tower dalam bulan Ramadan tahun 2017 (foto: dok).

Otorita berwenang di New York mengatakan telah menyiapkan tambahan personil keamanan pada bulan Ramadan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan, meskipun tidak ada ancaman kredibel terhadap komunitas Muslim atau masjid di kota itu. Hal senada tampak di kota-kota lain di Amerika.

Dalam konferensi pers tahunan menjelang bulan suci Ramadan, yang di Amerika dimulai pada hari Senin 6 Mei lalu, Komisioner Kepolisian Kota New York James O’Neill and beberapa pejabat polisi lain mengatakan pasca serangan berlatar agama di Selandia Baru dan Sri Lanka, mereka akan menyiapkan tambahan keamanan dan berada dalam kondisi waspada pada bulan puasa ini.

Meskipun demikian O’Neill menggarisbawahi bahwa hingga saat ini belum ada ancaman kredibel terhadap komunitas Muslim dan masjid di kota itu.

“Ini adalah saat refleksi spiritual, pembaruan iman dan komitmen untuk berderma. Merupakan hak setiap orang untuk beribadah dengan bebas dan tanpa rasa takut. Meskipun tidak ada ancaman khusus terhadap komunitas Muslim, Kepolisian Kota New York akan meningkatkan patroli dan menempatkan pos-pos keamanan yang dapat melakukan pemantauan lebih jelas di sekitar rumah-rumah ibadah di kota ini,” ujarnya.

Serangan terhadap dua masjid di kota Christchurch, Selandia Baru, pada 15 Maret lalu menewaskan 51 orang dan melukai 40 lainnya. Sementara serangkaian serangan terhadap tiga gereja dan hotel di ibukota Kolombo, Sri Lanka, tepat pada hari Paskah 21 April lalu menewaskan sedikitnya 250 orang dan melukai 500 lainnya. Laporan di suratkabar New York Times mengindikasikan bahwa dua kelompok militan yang melakukan serangan di Sri Lanka, merupakan pembalasan terhadap serangan di Selandia Baru.

Lebih jauh O’Neill juga mendorong warga masyarakat untuk mengintensifkan komunikasi dengan polisi dan aparat keamanan lain selama bulan Ramadan ini.

“Hubungan personal ini sangat penting. Kami mendapati bahwa ketika kita bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, keamanan publik lebih terjamin dan terasa berbeda. Kami ingin setiap orang memberi masukan atas isu-isu di pemukiman mereka,” tambahnya.

Muslim AS melakukan salat Idul Fitri tahun lalu di Bensonhurst Park, Brooklyn, New York (foto: dok).

Menurut data statistik Kepolisian New York, ada 361 kejahatan bernuansa kebencian atau hate crime di kota itu pada tahun 2018, naik dibanding tahun 2017 dengan 228 kejahatan bernuansa kebencian.

Tetapi secara keseluruhan, polisi mengatakan serangan anti-Muslim tahun 2018 turun dibanding tahun 2017. Jika pada tahun 2017 tercatat ada 34 serangan anti-Muslim, maka tahun lalu turun menjadi 18 serangan. Sementara pada tahun 2019 ini tercatat tiga kejahatan bernuansa kebencian terhadap warga Muslim.

Peningkatan Keamanan Juga Terasa di Masjid-Masjid Lain

Polisi AS tampak melakukan pengamanan di Islamic Center Washington DC (foto: ilustrasi).

​Peningkatan keamanan juga terasa di beberapa masjid lain di Amerika. Pantauan VOA di kawasan Fairfax, Virginia dan Silver Spring, Maryland, tampak ada 1-2 mobil polisi berjaga di depan masjid. Pengurus masjid juga mengajak komunitas Muslim untuk saling menjaga ketika dan setelah beribadah.

Menurut data terbaru Pew Research, ada sekitar 3,45 juta Muslim di Amerika dimana 2,1 juta di antaranya adalah orang dewasa. Survei menunjukkan 80 persen warga Muslim di Amerika mengatakan akan meningkatkan ibadah mereka pada bulan Ramadan, tidak saja dengan puasa dan salat lima waktu, tetapi juga salat tarawih dan mengaji di masjid atau pusat-pusat komunitas Islam. (em)