Pihak Berwenang Cari Tersangka Pengeboman di Wilayah Selatan Thailand

  • Associated Press

Seorang pekerja memindahkan rongsokan mobil yang rusak akibat ledakan di provinsi Narathiwat, Thailand selatan, Rabu, 23 November 2022. Polisi di Thailand mengatakan Rabu bahwa mereka berusaha mengidentifikasi tersangka pengeboman perumahan polisi. (AP/Kriya Tehtan)

Polisi mengatakan, Rabu (23/11) bahwa mereka berusaha mengidentifikasi tersangka pengeboman di perumahan polisi yang menewaskan seorang petugas dan melukai 45 orang lainnya di bagian selatan Thailand yang telah selama hampir dua dekade bergejolak akibat pemberontakan separatis Muslim.

Polisi mengatakan tersangka mengendarai truk pikap hitam masuk ke dalam kompleks kemudian berjalan keluar setelah memarkir kendaraan. Ia berpakaian seperti polisi yang berpakaian preman dalam gambar yang diambil oleh kamera pengintai. Korban yang terluka sebagian besar warga sipil, termasuk tiga anak.

Sejak pemberontakan dimulai pada 2004, lebih dari 7.300 orang telah tewas di Narathiwat, Pattani dan Yala, tiga provinsi yang mayoritas penduduknya Muslim di Thailand yang didominasi penganut Buddha. Serangan juga terjadi di provinsi tetangga Songkhla.

Beberapa kelompok pemberontak aktif di provinsi-provinsi itu, dengan beberapa di antara mereka pernah terlibat dalam pembicaraan damai berulang kali dengan pemerintah.

Penduduk Muslim, hampir semua etnis Melayu, telah lama diperlakukan seperti warga negara kelas dua di Thailand, dan gerakan separatis mereka telah muncul secara berkala selama beberapa dekade. Tindakan keras yang diambil pemerintah semakin memicu ketidakpuasan mereka.

Pada bulan Agustus, gelombang pembakaran dan serangan bom melanda tiga provinsi paling selatan it , yang sebagian besar menarget toko serba ada dan pom bensin. Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan yang melukai tiga orang itu.

Serangan hari Selasa di perumahan polisi adalah yang kedua tahun ini yang menggunakan bom mobil, setelah satu bom lainnya diledakkan di Pattani pada bulan Juni, melukai seorang petugas polisi. Menurut polisi, ada sekitar 60 pengeboman dengan menggunakan mobil sejak 2005.

Kepala polisi nasional Jenderal Damrongsak Kittiprapas mengatakan para ahli forensik yakin alat peledak itu dibuat dari tabung gas masak seberat 50 kilogram.
Pengeboman itu dikecam oleh Human Rights Watch, yang mengatakan “tampaknya ditujukan untuk menyebabkan hilangnya nyawa warga sipil sebesar mungkin,'' kata Elaine Pearson, direktur Asia di Human Rights Watch dalam sebuah pernyataannya di email.

“Mereka yang bertanggung jawab merencanakan, memerintahkan, atau melakukan serangan semacam itu harus diadili,” katanya, seraya menambahkan bahwa pihaknya telah berulang kali mengutuk pemerintah Thailand dan kelompok pemberontak atas pelanggaran yang mereka lakukan. [ab/uh]