Pihak berwenang Somalia di wilayah semi otonom Puntland telah mengumumkan gencatan senjata setelah terjadi pertempuran sengit selama dua hari antara dua pasukan keamanan di kota pelabuhan komersial Bosaso.
Pertempuran pecah pada Selasa (21/12) antara Pasukan Keamanan Puntland (PSF), sebuah unit anti teror yang pernah didukung oleh Amerika Serikat (AS) dengan pasukan keamanan reguler di kawasan itu.
BACA JUGA: Al-Shabab: Bom Bunuh Diri di Somalia Menarget Konvoi PBBMenurut saksi dan pihak medis setidaknya 14 orang tewas dan 63 lainnya terluka dalam pertempuran tersebut. Kedua belah pihak terlibat baku tembak dengan menggunakan senjata ringan, senapan mesin dan mortir, memaksa sebagian warga mengungsi, kata saksi mata kepada VOA Somalia.
Menteri Keamanan kawasan itu, Abdisamad Mohamed Galan, mengumumkan gencatan senjata pada Rabu (22/12) dan mengatakan keputusan itu dibuat setelah intervensi dari tetua adat, cendekiawan dan pemimpin bisnis yang mendesak agar pertempuran dihentikan.
"Kami mengimbau siapa pun yang mengupayakan perdamaian bahwa kami siap menerima segala upaya yang tidak bertentangan dengan hukum, yang bisa mengarah pada gencatan senjata," kata Galan kepada media.
Bentrokan terjadi setelah kebuntuan selama berminggu-minggu antara kedua belah pihak. Perselisihan itu dimulai setelah presiden Puntland, Said Abdullahi Deni, memecat komandan PSF Mohamoud Osman Diyano pada 24 November.
Diyano menolak pemecatan itu, menyebutnya sebagai "campur tangan" terhadap unit tersebut. Sebelum pertempuran dimulai, para tetua setempat berusaha menyelesaikan perselisihan tersebut.
BACA JUGA: Bom Mobil Tewaskan Jurnalis Populer di SomaliaPada 7 Desember, para tetua di Puntland memutuskan bahwa pemecatan tersebut sah. Tetapi para tetua juga memutuskan bahwa bangunan, senjata, dan kendaraan yang digunakan oleh unit tersebut adalah milik Diyano.
Mereka juga telah meminta pemerintah daerah untuk membayar gaji selama 13 bulan kepada unit tersebut dan membayar jasa perlindungan keamanan bagi komandannya. [my/jm]