Uni Eropa, Selasa (26/1), meminta Amerika bergabung dengan aliansi itu dalam membuat peraturan untuk mengekang perusahaan internet seperti Facebook dan Twitter dan memerangi penyebaran berita bohong serta melindungi data.
Dalam pidato virtual berskala luas dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengingatkan betapa dunia telah berubah. Ia merujuk pada kekhawatiran Uni Eropa tahun lalu atas kemungkinan Amerika menerapkan tarif terhadap mobil Eropa.
Von der Leyen meminta Presiden Amerika Joe Biden bergabung dalam upaya blok 27 negara itu mengatur platform teknologi dengan lebih baik. Ia menambahkan, perlu ada "kerangka kerja" bagi "keputusan yang berdampak luas" seperti tindakan Twitter menutup akun mantan Presiden Trump. Menurutnya, perlu dijelaskan bagaimana perusahaan internet memutuskan untuk menyebar, mempromosikan atau menghapus konten.
BACA JUGA: EU Sesalkan Gelombang Tarif Baru AS untuk Perancis dan Jerman"Gangguan serius terhadap kebebasan berpendapat tidak boleh didasarkan pada aturan perusahaan saja," kata Von der Leyen. "Perlu ada kerangka hukum untuk keputusan yang berdampak luas seperti itu."
Dalam pidato Selasa, Von der Leyen juga mendesak perusahaan farmasi agar "memenuhi kewajiban" pasokan vaksin COVID-19. Ia mengatakan Uni Eropa telah menginvestasikan miliaran euro dalam pembuatan vaksin "untuk kebaikan bersama."
Blok itu Senin mengkritik perusahaan farmasi AstraZeneca karena gagal menjamin pengiriman vaksin virus corona, tanpa penjelasan yang valid. Uni Eropa juga tidak senang atas penundaan pengiriman vaksin buatan Pfizer-BioNTech pekan lalu. [ka/lt]