Petani Kenya berharap mendapat manfaat dari sejumlah pinjaman berasuransi yang dapat membantu mereka membeli benih dan bahan-bahan produksi pertanian. Tidak seperti pinjaman bank komersial lainnya, skema kredit bersyarat yang diberi nama Risk Contingent Credit Scheme itu merupakan gagasan dari IFPRI yang berbasis di Washington. Kredit itu bertujuan melindungi petani dari kerugian besar akibat gagal panen karena perubahan iklim.
Selama empat musim terakhir, hanya sedikit hujan turun di daerah Machakos-Kenya di mana sejumlah petani dengan putus asa menyaksikan tanaman mereka menjadi layu. Perubahan iklim telah mendekatkan mereka pada kemiskinan manakala para petani justru ke pasar membeli makanan alih-alih hidup dari hasil panen sendiri. Beatrice Ndavi adalah salah seorang petani itu.
“Sejumlah petani di Machakos menghadapi tantangan musim kemarau karena terjadi kekeringan. Kami tidak punya cukup makanan bagi keluarga,” jelas Beatrice Ndavi, petani Kenya.
Bantuan datang pada tahun 2017, tepat sebelum kemarau berikutnya terjadi, yakni berupa pinjaman yang dikenal sebagai skema Risk Contingent atau risiko dari keadaan yang sulit ditebak. Ini adalah gagasan dari Lembaga Penelitian dan Kebijakan Pangan Internasional atau International Food Policy and Research Institute (IFPRI).
Peneliti senior Lingzhou You memimpin proyek itu, “Kalau tidak ada hujan, panen pun tidak ada sehingga sebagian petani tidak perlu membayar kembali pinjaman itu. Tapi jika hujan tiba, panen hasilnya baik, maka pinjaman tersebut harus dibayar kembali, ditambah premi asuransinya.”
Kebijakan seperti itu berbeda dari kebiasaan yang dilakukan di mana bank-bank komersial tidak bersedia memberikan pinjaman kepada sejumlah petani kecil, demikian menurut Esther Muiruri, salah seorang direktur pada Equity Bank, Kenya.
“Jadi, untuk satu acre, kami proses sekitar 10.000 shilling Kenya, sekitar $97 USD sehingga petani dapat membeli pupuk, benih yang baik, dan bahan kimia pertanian lain yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman di ladang mereka,” jelasnya.
Para petani menerima sejumlah pinjaman setelah mengikuti pelatihan agronomi, juga pelajaran tentang pembukuan dan keuangan. Beatrice Ndavi mendapat pinjaman pertama sekaligus menjadi satu di antara 265 petani yang mendapatkan pinjaman kedua pada akhir Agustus 2019 lalu.
Rencana itu masih dalam tahap uji coba, namun sejumlah rencana akan diberlakukan bagi daerah-daerah yang mengalami kekeringan di negara-negara Afrika lainnya. [mg/lt]