PM China Li akan Kunjungi Selandia Baru ‘Pekan Ini’

Perdana Menteri China Li Qiang menyampaikan pidatonya pada Forum Pembangunan China di Beijing pada 24 Maret 2024. (Foto: AFP)

PM China Li Qiang akan mengunjungi Selandia Baru pekan ini, kata PM Chris Luxon pada Senin (6/10). Ini adalah kunjungan langka yang diperkirakan akan berfokus pada peningkatan perdagangan sambil menyingkirkan masalah keamanan.

Li adalah perdana menteri China pertama yang mengunjungi Selandia Baru sejak 2017. Ia akan melakukan perjalanan yang diperkirakan luas juga akan membawanya ke Australia.

China adalah destinasi ekspor terbesar Selandia Baru, dan Wellington telah menjadi salah satu mitra terdekat Beijing di antara negara-negara demokrasi Barat.

Namun hubungan kedua pihak menjadi tegang dalam beberapa tahun ini karena China berupaya meluaskan jangkauan militer dan diplomatiknya di seluruh Pasifik.

"Saya menunggu untuk menyambut hangat PM Li di Selandia Baru,” kata Luxon dalam sebuah pernyataan.

BACA JUGA: Menlu China akan Kunjungi Australia dan Selandia Baru

“Kunjungan perdana menteri merupakan kesempatan berharga bagi pertukaran dalam bidang-bidang kerja sama antara Selandia Baru dan China.”

Luxon mengatakan Li – pejabat tertinggi kedua China – akan tiba dengan upacara sambutan dan jamuan makan malam resmi “akhir pekan ini,” sebelum serangkaian pertemuan bilateral.

Li mengikuti langkah serangkaian delegasi pejabat tinggi China yang melakukan kunjungan ke Selandia Baru dalam beberapa bulan ini.

Menteri Luar Negeri Wang Yi mengadakan pembicaraan tingkat tinggi dalam kunjungannya ke Welin

Pemerintahan kanan-tengah yang baru terpilih di Selandia Baru telah beralih ke hubungan yang lebih erat dengan Australia dan AS.

Menteri Luar Negeri China Wang Yi, kiri, bertemu dengan timpalannya dari Selandia Baru Winston Peters, di Wellington, Selandia Baru, Senin, 18 Maret 2024. (Foto: via AP)

Selandia Baru juga telah mempertimbangkan keterlibatannya dalam pakta keamanan AUKUS antara Washington, Canberra dan London – suatu langkah yang sangat membuat kesal China.

Menteri Luar Negeri Selandia Baru pada Mei lalu mengecam upaya China untuk meningkatkan kehadiran keamanannya di Kepulauan Pasifik. Ia memperingatkan bahwa tindakan semacam itu dapat “mendestabilisasi” atau melemahkan keamanan regional.

“Selandia Baru dan China terlibat di bidang-bidang di mana kita memiliki kepentingan yang sama, dan kami berbicara secara jujur dan konstruktif satu sama lain di bidang-bidang di mana kita menghadapi perbedaan,” kata Luxon hari Senin.

“Hubungan kami signifikan, rumit dan tangguh,” lanjutnya.

Mengatasi Perbedaan Pendapat

Jason Young, pakar mengenai hubungan China-Selandia Baru, mengatakan kunjungan Li menunjukkan kedua pihak bersedia mengesampingkan perbedaan pendapat mereka.

BACA JUGA: Selandia Baru Tuding Peretas yang Didukung China Terkait Serangan Siber Parlemen 2021

“Kunjungan tingkat tinggi sendiri sudah merupakan kemenangan,” kata Young, dari Victoria University, Selandia Baru.

“Ini terutama dirancang bagi kedua pihak untuk menunjukkan bahwa banyak tantangan dalam hubungan bisa diatasi.”

Dengan ekonomi China yang menunjukkan tanda-tanda perlambatan, para pejabat perdagangan dan diplomat ingin “berdialog sebanyak mungkin dengan pasar,” lanjut Young.

“Selandia Baru memiliki hampir sepertiga ekspor kami ke China. Kita berada di titik jenuh. Sementara itu bagi China, ada lebih banyak lagi momentum untuk meningkatkan hubungan.”

Li diperkirakan mengunjungi Australia setelah ke Selandia Baru, meskipun Canberra belum mengukuhkan persinggahan tersebut.

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese berbicara dalam rapat Kabinet Nasional virtual, Rabu, 1 Mei 2024. (Foto: via AP)

“Kunjungan potensial perdana menteri China akan dikukuhkan dengan cara biasa,” kata PM Australia Anthony Albanese kepada wartawan hari Senin.

China dan Australia telah memperbaiki hubungan mereka setelah perselisihan dagang yang pahit dan menimbulkan kerugian besar.

Mulai 2020, sejumlah komoditas ekspor Australia yang paling menguntungkan praktis dilarang masuk ke China.

Tetapi seiring hubungan yang membaik di bawah pemerintah baru di Canberra, China telah menurunkan tarif terhadap produk daging sapi, jelai dan anggur Australia, menghentikan larangan impor kayu dan memulai kembali pengiriman batu bara Australia. [uh/ab]