PM Inggris: Jika Putin Perempuan, tak akan ada Perang Ukraina

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menghadiri acara makan siang dengan para pemimpin negara anggota G7 di Schloss Elmau, Kuren, Jerman, pada 26 Juni 2022. (Foto: Pool via Reuters/Kenny Holston)

Presiden Rusia Vladimir Putin tidak akan memulai perang di Ukraina jika dia seorang perempuan, demikian disampaikan oleh Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.

Dalam wawancara dengan media Jerman ZDF, pada Selasa (28/6) malam, Johnson mengatakan invasi Putin ke Ukraina adalah "contoh sempurna dari maskulinitas." Ia menyerukan pendidikan yang lebih baik untuk anak perempuan di seluruh dunia dan mendorong "lebih banyak perempuan berada dalam posisi pemegang kekuasaan."

BACA JUGA: Putin Bantah Rusia Bertanggung Jawab atas Serangan di Kremenchuk

Putin menolak komentar Johnson dan menilainya "tidak benar." Berbicara di ibu kota Turkmenistan, Ashgabat, ia mengatakan, "saya ingin menunjukkan peristiwa dalam sejarah modern ketika (mantan perdana menteri Inggris) Margaret Thatcher memutuskan untuk melancarkan serangan terhadap Argentina untuk menguasai Kepulauan Falkland pada 1982,” kata Putin.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova, sementara itu, menuduh Johnson hanya "berfantasi." "Apa yang dilakukan G7 bersama-sama?" tulisnya di Telegram. Ia mengacu pada KTT G7 di Jerman.

BACA JUGA: Konsep Strategis NATO Terbaru Menarget Rusia dan China

Dalam wawancara dengan ZDF, sang perdana menteri Inggris juga mengakui bahwa "tentu saja orang ingin perang berakhir," tetapi saat ini "tidak ada kesepakatan itu. Putin tidak menawarkan perdamaian."

Ia menambahkan bahwa sekutu Barat harus mendukung Ukraina untuk memungkinkan negara itu berada di posisi strategis terbaik jika negosiasi perdamaian dengan Rusia mungkin terlaksana. [ka/jm]