Sementara Inggris dicekam oleh pemogokan terbesar dalam satu dekade terakhir hari Rabu (1/2), para pemimpin Inggris di parlemen bertikai seputar penanganan krisis biaya hidup dan aksi boikot pekerja ini. Diduga dalam minggu-minggu mendatang krisis ini akan semakin memburuk.
Pemimpin oposisi dari Partai Buruh, Keir Starmer mengecam respons PM Rishi Sunak terhadap gelombang pemogokan yang sedang berlangsung di Inggris.
“Setelah bercokol dan berkuasa selama 13 tahun, menuduh Partai Buruh karena kegagalannya membereskan masalah pemogokan ini benar-benar pandir. Ketagihan Partai Konservatif pada kerja buruk dan skandal sangat merugikan negara ini, dan biaya yang harus ditanggung publik semakin besar,” jelasnya.
Membalas kecaman ini, PM Inggris Rishi Sunak pada Rabu menyerukan kepada pihak oposisi, Partai Buruh, untuk mengecam langkah pemogokan yang dilakukan di seluruh negeri serta memberikan dukungan pada anak-anak sekolah.
“Ketua, dia (maksudnya pemimpin oposisi) tidak mampu menghadapi para bos serikat. Dia juga tidak mampu membela anak-anak sekolah, dan perempuan di dalam partainya. Ketua, kami terus melangkah maju, kami memotong inflasi 50 persen, kami menciptakan pertumbuhan ekonomi, kami mengurangi utang, kami mempersingkat daftar tunggu, dan kami menghentikan kapal-kapal. Sementara dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan, kami terus berkinerja untuk Inggris,” terangnya.
Ribuan sekolah di Inggris ditutup, layanan kereta api lumpuh, dan penundaan penerbangan diantisipasi akan berlangsung di bandara pada Rabu. Perkembangan ini akan menjadi aksi mogok terbesar yang pernah disaksikan Inggris dalam kurun lebih dari satu dekade.
Para pemimpin serikat buruh berpendapat, meskipun ada beberapa kenaikan gaji seperti tawaran 5% yang diusulkan pemerintah untuk gaji guru, namun inflasi yang melonjak di Inggris menyebabkan sejumlah pekerja sektor publik mengalami kesulitan keuangan karena gaji mereka tidak seimbang dengan biaya hidup.
Serikat pekerja telah meningkatkan tekanan pada pemerintah dan menuntut gaji lebih besar di tengah-tengah krisis biaya hidup ini.
Mary Kelly Foy adalah seorang anggota Partai Buruh di parlemen, dan ketika gilirannya tiba dia mengatakan, “Apakah Perdana Menteri akan meraih kendali segera dan berunding dengan warga pekerja kita? Atau dia ingin dikenang sebagai PM yang membungkam dan memecat para pekerja yang membanting tulang seperti juru rawat, paramedik, guru, operator kereta dan petugas pemadam kebakaran di tengah-tengah krisis biaya hidup ini?.”
Trades Union Congress, sebuah federasi serikat, menaksir bahwa sampai setengah dari korps pekerja di Inggris, termasuk staf universitas, pegawai negeri, petugas perbatasan, operator kereta dan pengemudi bis, semuanya akan melakukan walk-out di seluruh negara itu.
Lebih banyak pemogokan lagi, termasuk oleh para juru rawat dan operator ambulans, direncanakan dalam hari-hari mendatang.
Pekerja Inggris terakhir kali melakukan pemogokan massal dalam skala ini pada tahun 2011, ketika lebih dari 1 juta pekerja sektor publik melakukan pemogokan satu hari dalam sengketa terkait pensiun.[jm/lt/ps]