Perdana menteri Irak, Kamis (28/9) mengunjungi pasien yang terluka dan keluarga para korban di Irak Utara, beberapa hari setelah kebakaran maut di sebuah pesta pernikahan menewaskan sekitar 100 orang. Sementara itu dua orang lagi meninggal karena luka mereka dan juga masih ada lagi jasad yang ditemukan.
Mohammed Shia al-Sudani tiba di provinsi Nineveh Kamis pagi dengan delegasi terdiri dari para menteri dan pejabat keamanan, lapor televisi pemerintah. Ia bertemu dengan para korban luka dan kerabat para korban di Rumah Sakit Hamdaniyah dan Rumah Sakit Al-Jumhoori. Ia kemudian mengunjungi Biara Katolik Suriah Mar Behnam untuk menyampaikan ucapan belasungkawa kepada para korban.
Sekitar 250 tamu yang panik berjejalan di pintu keluar pada Selasa malam di Haitham Royal Wedding Hall di daerah Hamdaniya di dekat Mosul yang mayoritas warganya beragama Kristen, setelah panel-panel plafon di atas mesin kembang api terbakar.
Dua korban luka bakar yang parah, seorang perempuan berusia 30 tahun dan anak-anak berusia empat tahun, tewas karena luka mereka di rumah sakit, kata seorang pejabat kesehatan kepada kantor berita AP hari Kamis. Jasad seorang anak kecil dan seorang perempuan juga ditemukan di bawah puing-puing gedung pernikahan itu, menurut seorang pejabat keamanan. Kedua pejabat itu berbicara dengan syarat anonim, sesuai dengan regulasi.
Menurut pihak berwenang, sekitar 100 orang tewas dalam insiden tersebut. Jumlah korban diperkirakan bertambah lagi dengan 100 korban lainnya masih cedera, banyak di antara mereka dengan luka bakar parah.
Para pemilik gedung itu dituduh telah melanggar protokol keselamatan.
Kota Mosul hari Rabu menyerukan penutupan hotel-hotel, restoran, dan tempat-tempat lain yang tidak mendapat persetujuan dalam hal keselamatan atau yang telah mengabaikan peringatan.
Upacara pemakaman berlanjut hari Kamis di Gereja Katolik Suriah Saint Behnam. Sebuah rekaman video yang beredar di media dan media sosial memperlihatkan pasangan pengantin berada di tengah massa yang berduka.
Kementerian Dalam Negeri mengatakan materi bangunan yang sangat mudah terbakar berkontribusi pada bencana itu dan menuduh para pemiliknya melanggar protokol keselamatan dan keamanan. Ini tragedi terbaru yang melanda warga minoritas Kristen Irak, yang menyusut jumlahnya dibandingkan dengan sebelumnya selama dekade terakhir.
Seorang pejabat keamanan mengatakan kepada AP bahwa salah seorang pemilik gedung itu dan 13 pekerja dan karyawan lainnya sekarang sedang diselisidiki. Pejabat itu mengatakan bahwa kelalaian merupakan penyebab kebakaran dan bahwa pemerintah bersiap untuk memberikan kompensasi kepada para penyintas dan keluarga korban. Ia berbicara dengan syarat anonim karena ia tidak berwenang berbicara kepada pers.
Seorang juru bicara pemerintah mengatakan pihak berwenang akan melakukan inspeksi yang ketat terhadap hotel, sekolah, restoran dan tempat-tempat acara lainnya untuk memastikan semuanya memenuhi standar keselamatan.
Salah seorang pemilik, Chonny Suleiman Naboo, mengatakan kepada AP bahwa kebakaran disebabkan oleh korsleting listrik dan membantah bahwa mereka telah mengabaikan prosedur keselamatan. [uh/lt]