Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan negaranya siap menghadapi "agresi" Iran dan menduga hal ini akan lebih cepat terjadi.
Berbicara dalam pertemuan kabinet mingguan di Yerusalem, Netanyahu menuduh Iran mengirim senjata canggih ke negara tetangga Suriah, termasuk rudal dan baterai anti-pesawat yang dimaksudkan digunakan untuk melawan Israel.
"Kami tidak menginginkan eskalasi," ujar Netanyahu, "tetapi kami siap menghadapi skenario apa pun."
Retorika yang keras itu menyusul pernyataan yang disiarkan televisi nasional seminggu lalu, di mana Netanyahu mengungkapkan apa yang dikatakannya adalah puluhan ribu dokumen yang membuktikan bahwa Iran memiliki program senjata nuklir rahasia yang bisa dengan cepat dihidupkan kembali setiap saat. Dokumen-dokumen itu, yang disita di Teheran oleh intelijen Israel, bisa memperkuat ancaman Presiden Amerika Donald Trump untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran pada 12 Mei. Tiga negara Eropa yang menandatangani perjanjian itu, Inggris, Prancis dan Jerman, telah mencoba membujuk Trump agar tidak mundur.
Dalam wawancara dengan Radio Israel, purnawirawan jenderal Yisrael Zeev mengatakan Netanyahu tampaknya mempersiapkan negaranya untuk berperang.
Ia mengatakan Israel mungkin harus meluncurkan serangan pendahuluan terhadap aset-aset Iran di Suriah, yang kemudian akan mendorong Iran dan sekutunya Hizbullah di Libanon untuk menembakkan rudal ke Israel.
Netanyahu akan berkunjung ke Moskow hari Rabu untuk membahas situasi itu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, penengah pertikaian utama di Suriah. Putin tidak diragukan akan mendesak Netanyahu agar menahan diri.
Tetapi Netanyahu mengatakan kepada Kabinet bahwa Israel harus belajar dari sejarah. Ia menyatakan negara-negara yang tidak siap bertindak tepat waktu melawan agresi nantinya akan menanggung konsekuensi yang jauh lebih besar. [ka/jm]