Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, berjanji untuk melakukan transformasi bagi partai yang berkuasa, setelah dia memenangkan pemungutan suara putaran kedua di parlemen untuk tetap menjabat pada Senin (11/11).
Ishiba, mendesak pelaksaan pemilu segera setelah menjabat pada 1 Oktober lalu. Dalam pemungutan suara tersebut, Partai Demokrat Liberal dan mitra junior mereka Komeito, tidak dapat mengamankan mayoritas.
Ishiba saat ini harus menjalankan pemerintahan minoritas yang rapuh, karena Donald Trump yang proteksionis kembali menjabat di Amerika Serikat, ketegangan meningkat dengan saingannya China dan Korea Utara, dan tekanan domestik meningkat untuk mengendalikan biaya hidup.
“Mengingat hasil pemilu yang sangat sulit, kami, Partai Demokrat Liberal, harus mengubah diri menjadi partai nasional yang melayani rakyat,” kata Ishiba pada konferensi pers setelah parlemen memilih untuk mempertahankan dia pada jabatannya.
Dengan jabatan perdana menteri yang telah dipastikan, Ishiba menunjuk tiga menteri kabinet baru, masing-masing untuk transportasi, kehakiman dan pertanian. Dua di antaranya menggantikan anggota parlemen LDP yang kehilangan kursi mereka dalam pemilihan majelis rendah.
BACA JUGA: Koalisi Berkuasa di Jepang Kehilangan Mayoritas di Majelis Rendah ParlemenIshiba kini harus mempersiapkan diri untuk serangkaian pertemuan internasional, termasuk pertemuan puncak kelompok 20 negara ekonomi besar di Brasil pada 18 dan 19 November.
Dia juga berupaya merencanakan singgah di Amerika Serikat dalam perjalanan ke atau dari pertemuan itu, untuk bertemu Trump. Pemimpin Jepang itu berbicara kepada presiden terpilih untuk pertama kalinya pekan lalu dalam percakapan
“hangat” selama lima menit, di mana dia mengucapkan selamat kepada Trump atas kemenangan dalam pemilu.
Namun, beberapa pejabat Jepang khawatir Trump mungkin akan kembali menyerang Tokyo dengan langkah-langkah perdagangan proteksionis dan menghidupkan kembali tuntutan agar Jepang membayar lebih untuk biaya penempatan pasukan AS di sana.
Masalah-masalah ini sebagian besar teratasi dalam masa jabatan pertama Trump, dari 2017 hingga 2021, oleh hubungan dekat antara presiden dan perdana menteri Jepang saat itu, Shinzo Abe, ikatan yang tampaknya ingin dibangun kembali oleh Ishiba. [ns/jm]