Perdana Menteri Kamboja Hun Sen dan pemimpin oposisi Sam Rainsy, mengadakan pembicaraan hari kedua untuk menyelesaikan krisis politik di negara itu, Selasa (17/9).
Hari Senin, Hun Sen dan Sam Rainsy, pemimpin Partai Penyelamatan Nasional Kamboja, menyepakati tiga hal: meneruskan perundingan, membentuk komisi reformasi pemilu, dan memastikan protes masa depan damai.
Hari Minggu, pemrotes berpawai melalui Phnom Penh dan bentrok dengan polisi yang bersenjatakan gas air mata, granat asap dan penyemprot air. Para aktivis hak asasi mengatakan satu orang ditembak mati di jembatan menuju Taman Kebebasan, dimana 20 ribu aktivis oposisi telah berkumpul untuk mendengar pidato Rainsy.
Kekerasan hari Minggu merupakan tanda semakin gawatnya krisis politik yang telah melanda Kamboja sejak komisi pemilu mengesahkan Partai Rakyat Kamboja pimpinan Hun Sen sebagai pemenang pemilu bulan Juli dengan 68 kursi parlemen atau majelis nasional, di atas partai CNRP pimpinan Rainsy dengan 55 kursi.
CNRP telah menolak hasil tersebut, dan menuduh kecurangan yang meluas.
Hari Minggu, pemrotes berpawai melalui Phnom Penh dan bentrok dengan polisi yang bersenjatakan gas air mata, granat asap dan penyemprot air. Para aktivis hak asasi mengatakan satu orang ditembak mati di jembatan menuju Taman Kebebasan, dimana 20 ribu aktivis oposisi telah berkumpul untuk mendengar pidato Rainsy.
Kekerasan hari Minggu merupakan tanda semakin gawatnya krisis politik yang telah melanda Kamboja sejak komisi pemilu mengesahkan Partai Rakyat Kamboja pimpinan Hun Sen sebagai pemenang pemilu bulan Juli dengan 68 kursi parlemen atau majelis nasional, di atas partai CNRP pimpinan Rainsy dengan 55 kursi.
CNRP telah menolak hasil tersebut, dan menuduh kecurangan yang meluas.