Perdana Menteri Malaysia pada Kamis (7/3) mengatakan bahwa Amerika Serikat telah bersikap semakin “transaksional,” menggunakan imbalan dan hukuman untuk mencapai tujuan dengan negara lain, dan harus didorong untuk meningkatkan kerja sama dengan China di kawasan Asia-Pasifik.
Perdana Menteri Anwar Ibrahim menyampaikan hal tersebut setelah pertemuan para pemimpin Australia dan Asia Tenggara di Melbourne yang didominasi oleh diskusi mengenai sikap agresif China di wilayah tersebut.
Anwar menganjurkan agar tidak memihak dalam persaingan yang dipimpin AS melawan China untuk mendapatkan pengaruh strategis di wilayah tersebut. Dia juga menolak kritik Barat yang menilai Malaysia terlalu akomodatif terhadap China sementara Beijing semakin agresif di Laut China Selatan.
Anwar, dalam pidatonya di Australian National University pada hari Kamis, mempromosikan “empati” terhadap China. Menurutnya, menganggap reaksi negatif terhadap kebangkitan China merupakan “upaya untuk menyangkal tempat sah mereka dalam sejarah.”
BACA JUGA: Australia Peringatkan Asia Tenggara Adanya Potensi 'Tindakan Paksa'“Saya percaya bahwa Malaysia dan Australia mempunyai kewajiban untuk berusaha semaksimal mungkin mendorong Amerika Serikat, China dan negara-negara besar lainnya di Asia-Pasifik agar bertindak dengan cara yang kondusif bagi peningkatan kerja sama regional dan integrasi ekonomi,” ujar Anwar.
Tanpa intervensi negara-negara Asia Tenggara, menurut Anwar, kawasan ini “pada dasarnya akan ditentukan oleh perhitungan dan rancangan negara-negara besar.”
Anwar menguraikan perubahan sosial dan politik yang signifikan secara global di AS selama tiga dekade terakhir, seperti globalisasi yang menguntungkan kelas pekerja Asia dan mengurangi basis industri AS. Perang di Irak dan Afghanistan juga berdampak pada jiwa warga Amerika.
BACA JUGA: Menlu China Tuduh AS Rencanakan Taktik untuk ‘Tekan’ China Meski Hubungan Membaik“Hasilnya adalah preferensi terhadap para pemimpin yang lebih transaksional dengan negara-negara lain di dunia,” kata Anwar, mengacu pada politisi-politisi AS.
“Konsensus Washington perlahan-lahan terkikis, bahkan hilang sama sekali,” tambahnya.
Perspektif Barat mengenai masa depan tatanan global tidak boleh diharapkan diterima secara universal, kata Anwar.
Dalam kritik terselubung terhadap China yang memaksakan klaim teritorial yang tidak berdasar secara hukum di Laut China Selatan, Anwar mengatakan: “Kami tidak boleh menutup mata” terhadap pelanggaran hukum internasional. [ab/uh]