Perdana Menteri Serbia Aleksandar Vucic mengatakan ia akan mewakili Serbia dalam upacara peringatan 20 tahun pembantaian Srebrenica, peristiwa paling berdarah dalam perang saudara Bosnia awal tahun 1990an.
Pasukan Serbia Bosnia merebut apa yang seharusnya menjadi tempat perlindungan yang aman PBB dan membunuh kira-kira 8.000 anak laki-laki dan laki-laki dewasa Muslim.
Inilah kejahatan perang terburuk yang dilakukan terhadap warga sipil Eropa sejak kejahatan Nazi dalam Perang Dunia II.
Vucic, yang dikenal sebagai nasionalis Serbia yang gigih, mengatakan hari Selasa (7/7), “Sudah waktunya menunjukkan bahwa kita sudah siap untuk rekonsiliasi dan bahwa kita siap menundukkan kepala di hadapan para korban dari etnis lain.”
Perdana Menteri itu mengatakan Serbia akan menghukum setiap penjahat yang melakukan “kejahatan mengerikan.” Tetapi ia dan para pejabat Serbia Bosnia masih tidak mau menyebut pembantaian Srebrenica “genosida,” yang menurut para pakar hukum adalah usaha yang disengaja untuk melenyapkan satu kelompok etnis atau agama.
Dewan Keamanan PBB menangguhkan sampai Rabu pemungutan suara mengenai resolusi Inggris untuk menyatakan Srebrenica genosida karena Rusia mengancam akan menghambat resolusi itu.
Presiden Dewan Keamanan, Duta Besar Selandia Baru, Gerard Jacobus van Bohemen, mengatakan para diplomat ingin mendorong persatuan sebanyak mungkin mengenai resolusi itu.
Rusia mempunyai banyak persamaan budaya dan agama dengan Serbia.
Duta Besar Inggris Matthew Rycroft mengatakan resolusi itu bukan pernyataan politik, melainkan pernyataan hukum.