PM Swedia yang baru pada Selasa (8/11) berjanji akan memenuhi kewajiban Stockholm untuk melawan ancaman terorisme terhadap Turki, sementara negaranya berusaha memperoleh persetujuan Turki untuk keanggotaan negara di NATO.
Swedia dan Finlandia meninggalkan kebijkanan tidak berpihak militernya dan mengajukan permohonan keanggotaan NATO setelah Rusia melakukan invasi ke Ukraina pada Februari, karena khawatir Presiden Rusia Vladimir Putin akan menyasarkan mereka berikutnya untuk invasi.
Namun, Turki yang telah bergabung dengan NATO sejak 1952 belum mendukung permohonan itu, yang membutuhkan persetujuan bulat dari semua anggotanya.
BACA JUGA: PM Swedia Berusaha Peroleh Dukungan Turki untuk Keanggotaan NATOPresiden Turki Recep Tayyip Erdogan menghendaki kedua negara itu menumpas orang-orang yang dianggap merupakan ancaman, termasuk pendukung Partai Pekerja Kurdistan atau PKK, dan orang-orang yang dicurigai mengorganisir kudeta gagal pada 2016 di Turki.
“Pemerintah saya terpilih hanya beberapa minggu yang lalu dan diberi mandate untuk memulihkan tata tertib,” kata PM Swedia Ulf Kristersson dalam sebuah konferensi pers bersama dengan Erdogan. “Dan ini termasuk melawan terorisme dan organisasi teroris seperti PKK di Swedia.”
“Itulah sebabnya saya ingin mempertegas kepada Turki – Swedia akan melakukan kewajibannya dan janjinya kepada Turki untuk melawan ancaman teroris sebelum menjadi anggota NATO dan sebagai sekutu di masa depan,” katanya.
Erdogan mengatakan dia menyambut gembira komitmen pemerintah Swedia yang baru, tetapi Turki juga ingin melihat “langkah konkrit.” [jm/lt]