Seiring dengan diperingatinya “Hari Sukarelawan PMI” pada 26 Desember, pengurus PMI mengatakan pengalaman gempa dan tsunami dinilai telah memotivasi lebih banyak kaum muda bergabung menjadi sukarelawan untuk program-program kemanusiaan.
BANDA ACEH —
Perwakilan Palang Merah Indonesia PMI Kota Banda Aceh turut memperingati Hari Sukarelawan PMI yang jatuh pada tanggal 26 Desember yang ditetapkan oleh presiden pada tahun 2005, setahun pasca bencana tsunami yang melanda wilayah Sumatera.
Lebih 5000 relawan PMI diseluruh Aceh dilaporkan mengambil peran cukup penting, terutama saat mereka ditempatkan di wilayah-wilayah pemulihan pasca bencana. Selain mendampingi warga di pengungsian , beberapa relawan mengaku turut melakukan evakuasi dan berbagai sosialisasi tentang penanganan masalah-masalah kesehatan, mengatasi dan mengurangi beban psikologis warga yang tertimpa berbagai bentuk bencana.
Ketua Pelaksana PMI Banda Aceh M. Suburhan mengatakan Rabu (25/12), jumlah sukarelawan yang bergabung dengan PMI terus bertambah.
“Jumlah relawan Banda Aceh 780, tema kita kali ini “Relawan PMI Berbakti untuk Kemanusiaan, Persaudaraan dan Perdamaian, ini tema untuk seluruh Indonesia,” kata Suburhan.
Pengalaman pasca gempa dan tsunami Aceh telah memotivasi kaum muda Aceh untuk bergabung sebagai sukarelawan untuk program-program kemanusiaan.
Beberapa sukarelawan mahasiswa dan pelajar menyatakan tekadnya sepenuh hati mengabdikan diri menjadi pekerja kemanusiaan. Beberapa relawan mengaku dibekali beragam pengetahuan terkait evakuasi , pertolongan pertama dan banyak hal terkait pengurangan resiko bencana (PRB).
Firna, seorang relawan pelajar salah satu SMU di Banda Aceh, mengatakan berbagai simulasi dibekali oleh para instruktur senior agar relawan saat berada di lapangan lebih siap membantu korban, terutama dalam menghadapi masalah-masalah trauma pasca bencana, misalnya gempa, kebakaran dan banjir.
“Penguatan oleh instruktur cukup diperlukan, karena pasca bencana sering warga panik dan korban mengalami trauma,” ungkap Firna.
M Ikhsan, pelajar SMP di Banda Aceh, bergabung sejak setahun lalu di Palang Merah Remaja (PMR) binaan PMI.
Ia mengatakan mendapatkan berbagai keterampilan sejak bergabung sebagai anggota PMR. Ketrampilan PMR yang diperolehnya termasuk soal penggunaan tandu untuk evakuasi korban, penanganan akibat luka bakar, dan berbagai program praktek pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
Relawan lainnya, Julifarma Rizal (20) seorang mahasiswa, bergabung menjadi sukarelawan PMI sejak 2010. “Pelatihan untuk sukarelawan yang pernah saya ikuti dari tingkat nasional hingga level ASEAN,” aku Julifarma.
Sadriah Nuri (21) mahasiswa asal Banda Aceh mengatakan ia cukup terpanggil menjadi relawan. Namun ia juga mengakui bahwa beberapa temannya yang lain enggan bergabung di PMI karena berbagai alasan, termasuk karena mereka sibuk dengan kegiatan lain.
Peringatan hari relawan tahun ini, diisi dengan bakti sosial, apel relawan, khusus Aceh tausiah dan do’a untuk korban tsunami, donor darah dan berbagai kegiatan sosial lainnya.
Di level nasional dilaporkan, bahwa PMI bersama dengan organisasi sukarelawan dunia telah ikut serta dalam kampanye peringatan Hari Relawan Internasional yang diperingati pada tanggal 5 Desember lalu.
Ketua PMI Pusat, yang juga mantan Wapres Jusuf Kalla kepada wartawan menyatakan Kamis (26/12), bahwa “Relawan adalah jantung dari Gerakan Palang Merah dan Bulat Sabit Merah Internasional,” .
Dalam laporan refleksi tahunannya, pihak PMI berkomitmen untuk meningkatkan strategi pembinaan relawan melalui pendekatan menyiapkan sumber daya manusia yang professional. Langkah tersebut bertujuan untuk melaksanakan pelayanan kemanusiaan, dengan membantu masyarakat yang mengalami kesusahan karena menjadi korban konflik dan bencana.
Peserta peringatan hari relawan PMI 2013 terdiri dari unsur Korsp Sukarela (KSR), Tenaga Sukarela (TSR), Palang Merah Remaja (PMR), Guru Pembina PMR di seluruh kabupaten kota, di 33 provinsi hingga Pengurus PMI Pusat.
Lebih 5000 relawan PMI diseluruh Aceh dilaporkan mengambil peran cukup penting, terutama saat mereka ditempatkan di wilayah-wilayah pemulihan pasca bencana. Selain mendampingi warga di pengungsian , beberapa relawan mengaku turut melakukan evakuasi dan berbagai sosialisasi tentang penanganan masalah-masalah kesehatan, mengatasi dan mengurangi beban psikologis warga yang tertimpa berbagai bentuk bencana.
Ketua Pelaksana PMI Banda Aceh M. Suburhan mengatakan Rabu (25/12), jumlah sukarelawan yang bergabung dengan PMI terus bertambah.
“Jumlah relawan Banda Aceh 780, tema kita kali ini “Relawan PMI Berbakti untuk Kemanusiaan, Persaudaraan dan Perdamaian, ini tema untuk seluruh Indonesia,” kata Suburhan.
Pengalaman pasca gempa dan tsunami Aceh telah memotivasi kaum muda Aceh untuk bergabung sebagai sukarelawan untuk program-program kemanusiaan.
Beberapa sukarelawan mahasiswa dan pelajar menyatakan tekadnya sepenuh hati mengabdikan diri menjadi pekerja kemanusiaan. Beberapa relawan mengaku dibekali beragam pengetahuan terkait evakuasi , pertolongan pertama dan banyak hal terkait pengurangan resiko bencana (PRB).
Firna, seorang relawan pelajar salah satu SMU di Banda Aceh, mengatakan berbagai simulasi dibekali oleh para instruktur senior agar relawan saat berada di lapangan lebih siap membantu korban, terutama dalam menghadapi masalah-masalah trauma pasca bencana, misalnya gempa, kebakaran dan banjir.
“Penguatan oleh instruktur cukup diperlukan, karena pasca bencana sering warga panik dan korban mengalami trauma,” ungkap Firna.
M Ikhsan, pelajar SMP di Banda Aceh, bergabung sejak setahun lalu di Palang Merah Remaja (PMR) binaan PMI.
Ia mengatakan mendapatkan berbagai keterampilan sejak bergabung sebagai anggota PMR. Ketrampilan PMR yang diperolehnya termasuk soal penggunaan tandu untuk evakuasi korban, penanganan akibat luka bakar, dan berbagai program praktek pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
Relawan lainnya, Julifarma Rizal (20) seorang mahasiswa, bergabung menjadi sukarelawan PMI sejak 2010. “Pelatihan untuk sukarelawan yang pernah saya ikuti dari tingkat nasional hingga level ASEAN,” aku Julifarma.
Sadriah Nuri (21) mahasiswa asal Banda Aceh mengatakan ia cukup terpanggil menjadi relawan. Namun ia juga mengakui bahwa beberapa temannya yang lain enggan bergabung di PMI karena berbagai alasan, termasuk karena mereka sibuk dengan kegiatan lain.
Peringatan hari relawan tahun ini, diisi dengan bakti sosial, apel relawan, khusus Aceh tausiah dan do’a untuk korban tsunami, donor darah dan berbagai kegiatan sosial lainnya.
Di level nasional dilaporkan, bahwa PMI bersama dengan organisasi sukarelawan dunia telah ikut serta dalam kampanye peringatan Hari Relawan Internasional yang diperingati pada tanggal 5 Desember lalu.
Ketua PMI Pusat, yang juga mantan Wapres Jusuf Kalla kepada wartawan menyatakan Kamis (26/12), bahwa “Relawan adalah jantung dari Gerakan Palang Merah dan Bulat Sabit Merah Internasional,” .
Dalam laporan refleksi tahunannya, pihak PMI berkomitmen untuk meningkatkan strategi pembinaan relawan melalui pendekatan menyiapkan sumber daya manusia yang professional. Langkah tersebut bertujuan untuk melaksanakan pelayanan kemanusiaan, dengan membantu masyarakat yang mengalami kesusahan karena menjadi korban konflik dan bencana.
Peserta peringatan hari relawan PMI 2013 terdiri dari unsur Korsp Sukarela (KSR), Tenaga Sukarela (TSR), Palang Merah Remaja (PMR), Guru Pembina PMR di seluruh kabupaten kota, di 33 provinsi hingga Pengurus PMI Pusat.