Pihak berwenang di Warsawa telah menangkap 12 orang yang berupaya memblokir pintu masuk pertunjukan teater di Polandia yang dinilai mengandung unsur pornografi.
Kasus ini menyoroti konflik budaya yang mulai memanas antara masyarakat Polandia yang sekuler dan pemerintah konservatif baru yang pro-Katolik, yang mulai berkuasa Senin lalu (16/11).
Baku hantam terjadi Sabtu (21/11) malam di Wroclam, ketika beberapa anggota sebuah organisasi Katolik berupaya mencegah orang menonton pertunjukkan teater “Death and the Maiden.”
Dalam situsnya Teater Polski di Wroclaw menyatakan sandiwara itu menelusuri hubungan antara penyiksa dan korbannya, serta didasarkan pada “Princess Dramas: Death and the Maiden I-V” karya penulis asal Austria yang juga pemenang Nobel Elfriede Jelinek.
Ini merupakan karya berbeda dari “Death and the Maiden” karya penulis Chile Ariel Dorfman yang lebih terkenal dan sempat diangkat ke layar lebar serta dibintangi oleh Sigorney Weaver dan Ben Kingsley.
Demonstran di Polandia memprotes kehadiran beberapa bintang porno dan adegan seksual yang eksplisit.
Menteri Kebudayaan pemerintahan baru, Piotr Glinski menyerukan pembatalan pertunjukkan itu sebelum pementasan perdana hari Sabtu (21/11), dan alasannya, teater itu disponsori oleh anggaran negara.
Para penentang Glinski mengatakan upayanya menghentikan pertunjukkan itu melanggar kebebasan berpendapat.
Direktur Teater Polski, Krzysztof Mieszkowski mengatakan ia merencanakan untuk mengajukan mosi resmi ke parlemen, menuntut pemecatan Glinski. Hal ini tampaknya tidak akan berhasil karena Partai Hukum dan Keadilan yang berkuasa memiliki mayoritas di parlemen.
Mieszkowski mengatakan para demonstran juga melemparkan telur dan tomat ke rumah ibunya dan menyerukan kepada para pengecam untuk tidak mengganggu ibunya. [em]