Polisi: 5.000 Orang di Indonesia Bunuh Diri dalam 7 Tahun Terakhir 

  • Yoanes Litha

ILUSTRASI - Lebih dari 5.000 warga Indonesia mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri dalam rentang waktu tahun 2017 hingga Agustus 2023. 

Data di Kepolisian Indonesia menunjukkan lebih dari lima ribu warga Indonesia telah mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri dalam rentang waktu tahun 2017 hingga Agustus 2023.  

Komisaris Besar Polisi Tri Suhartanto selaku Kepala Siaga A di Markas Besar Polri mengatakan tahun 2022 mencatat kasus bunuh diri tertinggi yaitu 898 kasus, sementara syang terendah adalah pada tahun 2020 sebanyak 671 kasus. Hal ini disampaikannya dalam diskusi “Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia,” Senin ini (11/9).

“Jadi periode tahun 2017 sampai dengan Agustus 2023 ini terjadi 5.556 laporan kasus bunuh diri. Apabila kita ranking kasus bunuh diri yang terjadi periode tahun 2017 sampai dengan Agustus 2023 ini maka kasus bunuh diri tertinggi terjadi di wilayah hukum Polda Jawa Tengah yaitu sebanyak 2.156 kasus, sedangkan untuk wilayah hukum Polda paling rendah kasus bunuh dirinya adalah wilayah Polda Bangka Belitung yaitu sejumlah satu kasus,” papar Kombes Pol Tri Suhartanto dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Direktorat Kesehatan Jiwa, Kementerian Kesehatan.

Laporan kasus bunuh diri yang tinggi juga berada di wilayah hukum Polda Jawa Timur yaitu sebanyak 1.075 kasus, dan di Bali sebanyak 627 kasus.

Menurut Kombes Tri Suhartanto, kasus bunuh diri dapat disebabkan karena pelaku mengalami masalah dalam kehidupan, misalnya perceraian, kehilangan atau kematian orang dekat; atau karena kekerasan psikologis, seperti perundungan (bully), penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) maupun dilatarbelakangi kekerasan seksual yang dialami pelaku.

Trend kasus bunuh diri tahun 2022 dibanding tahun 2023 disampaikan dalam webinar Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia, Senin (11 September 2023) (Foto : Tangkapan Layar/YouTube Direktorat Kesehatan Jiwa)

“Pernah terjadi siswa SD (Sekolah Dasar) mengalami bunuh diri karena diduga sering diolok-olok oleh teman-temannya, kemudian ada juga saudara kita yang bunuh diri karena pernah mengalami pelecehan seksual di tempat pendidikannya, ini juga pernah terjadi dan beberapa contoh-contoh lainnya yang kita rangkum dari beberapa media,” paparnya.

Ia menyerukan kepada semua orang untuk segera mengontak nomor layanan kegawatdaruratan antara lain Call Center layanan Polisi 110, dan layanan kesehatan jiwa milik Kementerian Kesehatan pada nomor 119 atau 118, jika mengetahui potensi kasus bunuh diri.

Menciptakan Harapan

“Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia” diperingati setiap tanggal 10 September. Tema tahun ini adalah “Menciptakan Harapan Melalui Tindakan.”

Your browser doesn’t support HTML5

Polisi 5.000 Orang di Indonesia Bunuh Diri dalam 7 Tahun Terakhir

Direktur Kesehatan Jiwa (Keswa) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Vensya Sitohang mengatakan peringatan ini penting untuk mendorong kepedulian semua pihak, untuk membangkitkan harapan pada orang lain yang sedang mengalami permasalahan.

“Dengan menciptakan harapan melalui tindakan kita dapat memberikan sinyal kepada orang-orang yang mengalami pemikiran untuk bunuh diri bahwa ada harapan dengan menunjukkan kepedulian,” kata Vensya Sitohang.

Ditambahkannya, target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) pada tahun 2030 adalah menurunkan sepertiga angka kematian akibat bunuh diri.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2019 menunjukkan ada 703 ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat bunuh diri.

Perilaku Bunuh Diri Dapat Dicegah

Wangsa Ayu Vidya Loka, psikolog klinis di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali, mengatakan sangat penting untuk mengenali tanda dan risiko bunuh diri.

Psikolog Klinis Wangsa Ayu Vidya Loka menjelaskan mitos dan fakta terkait persepsi mengenai bunuh diri, disampaikan dalam webinar Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia, Senin (11 September 2023). (Foto: Tangkapan Layar/YouTube Direktorat Kesehatan Jiwa)

Menurutnya seseorang dengan keinginan bunuh diri akan menunjukkan tanda-tanda, antara lain ungkapan putus asa, ungkapan rasa bersalah dan harapan untuk mati. Ia membantah mitos bahwa keinginan bunuh diri itu tidak terdeteksi.

“Jadi ungkapan-ungkapan orang yang ingin melakukan tindakan bunuh diri biasanya mengandung perasaan putus asa misalnya ‘aku tidak memiliki tujuan hidup, aku tidak berharga, aku sendirian di dunia ini’,” kata Vidya.

Upaya membantu untuk mencegah bunuh diri dapat dilakukan dengan memberikan empati, menunjukkan keseriusan untuk memahami permasalahan, bersikap terbuka untuk diskusi mendalam, dan menyarankan yang bersangkutan ke profesional atau psikolog.

“Perilaku bunuh diri tidak muncul secara tiba-tiba namun disertai tanda-tanda sebelumnya dan di sanalah kesempatan kita untuk mencegahnya,” jelas Vidya yang menekankan perilaku bunuh diri adalah sebuah akibat sehingga dapat dideteksi sedini mungkin inti permasalahannya. [yl/em]