Polisi Jerman, Selasa (7/5) membubarkan protes oleh ratusan aktivis pro-Palestina yang menduduki halaman tengah Free University di Berlin pada pagi harinya. Ini merupakan tindakan tegas terbaru dari pihak berwenang, ketika protes yang mengguncang kampus-kampus di Amerika Serikat menyebar ke Eropa.
Para pemrotes mendirikan sekitar 20 tenda dan membentuk rantai manusia di sekitar tenda itu. Mayoritas menutup wajah mereka dengan masker medis, mengenakan ikat kepala berupa skarf kafiyeh dan meneriakkan slogan-slogan seperti “Viva, Viva Palestina.”
Pada Selasa pagi (7/5), polisi Belanda menahan sekitar 125 aktivis ketika mereka membubarkan aksi demo pro-Palestina serupa di Universitas Amsterdam.
Di Berlin, polisi memerintahkan kepada para mahasiswa melalui pengeras suara untuk meninggalkan kampus mereka. Polisi juga terlihat membawa mahasiswa pergi dan beberapa baku hantam terjadi antara polisi dan pendemo.
Polisi menggunakan semprotan merica terhadap sejumlah pendemo. Pengelola kampus mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa para pendemo menolak dialog dalam bentuk apapun dan karena itulah mereka mengundang polisi masuk ke kampus.
“Protes ini tidak diarahkan pada dialog. Pendudukan tidak dapat diterima di kampus FU Berlin,” kata rektor universitas itu, Guenter Ziegler.
FU adalah singkatan dari Free University.
“Kami bersedia melakukan dialog akademis. Tetapi tidak dengan cara ini,” tambah pernyataan itu.
Pengelola kampus mengatakan, sejumlah pendemo mencoba untuk memasuki ruang-ruang dan aula kuliah di Free University dengan tujuan untuk mendudukinya. Penyelenggara demo, yang mengatakan bahwa mereka terdiri dari mahasiswa berbagai universitas di Berlin dan individu lain, mendesak mahasiswa lain dan para profesor untuk ambil bagian dalam aksi, kata pernyataan universitas.
Dalam beberapa hari terakhir, para mahasiswa telah menggelar aksi demo dan mendirikan perkemahan di Finlandia, Denmark, Italia, Spanyol, Prancis dan Inggris, mengikuti demo-demo sebelumnya di kampus-kampus AS. [ns/uh]