Polisi, Demonstran, di Kenosha, Wisconsin Kembali Bentrok

Polisi dan pengunjuk rasa bentrok di luar Gedung Pengadilan Kenosha County, di Kenosha, Wisconsin, 24 Agustus 2020. (Foto: dok).

Polisi menggunakan gas air mata untuk menundukkan pengunjuk rasa di kota Kenosha, Wisconsin, hari Senin, sementara warga turun ke jalan-jalan pada malam ke-dua berturut-turut setelah penembakan terhadap seorang lelaki kulit hitam oleh polisi pada hari Minggu.

Meski ada larangan keluar rumah dari malam hingga subuh, demonstran berkumpul Senin malam, menghadapi aparat penegak hukum yang mengenakan baju antihuru-hara di luar gedung pengadilan kabupaten, beberapa blok dari tempat di mana Jacob Blake ditembak pada hari Minggu, dalam konfrontasi dengan polisi yang direkam video. Polisi menghadapi demonstran dengan gas air mata, tidak lama setelah larangan keluar rumah sejak pukul 8 malam mulai berlaku pada hari Senin.

Gubernur Wisconsin Tony Evers, Senin (24/8) meminta Garda Nasional untuk membantu menjaga suasana damai.

Dalam video yang diunggah di Internet, Blake tampak berjalan menuju mobilnya dan dibuntuti dua polisi dengan senjata terhunus. Sewaktu ia memasuki sisi pengemudi, ia ditembak dari belakang setidaknya dengan tujuh tembakan yang terdengar dalam rekaman. Seorang pengacara keluarga mengatakan anak-anak Blake berada di dalam mobil itu.

Blake selamat dalam penembakan itu dan dalam kondisi stabil setelah menjalani operasi hari Minggu.

Calon presiden dari partai Demokrat Joe Biden Senin mengeluarkan pernyataan di situs kampanyenya yang ia mulai dengan kata “Cukup” yang ditulis dengan huruf-huruf putih berukuran besar dengan latar belakang hitam. Ia mengatakan tembakan yang dilepaskan ke arah Blake “menusuk jiwa bangsa kita.” Ia meminta penyelidikan penuh dan transparan serta mengatakan petugas harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di muka hukum.

Senator Wisconsin dari partai Republik Ron Johnson di akun Twitternya juga menyerukan investigasi penuh dan menyeluruh terhadap penembakan itu. Ia mengatakan bahwa meskipun ia memahami ada emosi tinggi, ia mendesak demonstran agar tetap bersikap damai.

Belum ada tanggapan segera dari Presiden AS Donald Trump. Pada hari Senin, Kepala Staf Gedung Putih Mark Meadows mengatakan Trump diperkirakan akan mendapat pengarahan lengkap mengenai masalah itu.

Penembakan terjadi hampir tiga bulan setelah kematian seorang lelaki kulit hitam dalam penahanan polisi di kota Minneapolis. Kematian George Floyd pada 25 Mei itu memicu protes di berbagai penjuru negeri menentang kebrutalan polisi dan rasisme. [uh/ab]