Polisi: Penembak di Tulsa Sasar Dokter Bedah yang Tak Dapat Sembuhkan Penyakitnya

Para petugas tanggap darurat berada di lokasi penembakan di rumah sakit Saint Francis di kota Tulsa, Oklahoma hari Rabu (1/6).

Seorang laki-laki yang menyalahkan pakar bedahnya karena rasa sakit yang berkelanjutan setelah operasi punggung baru-baru ini, hari Rabu (1/6) membeli senapan ala senjata serbu beberapa jam sebelum melepaskan tembakan di kantor medis sebuah rumah sakit di Tulsa. Pakar bedah yang menjadi sasarannya dan tiga orang lainnya tewas, sebelum ia kemudian menembak dirinya sendiri.

Kepala Polisi Tulsa Wendell Franklin mengatakan laki-laki bersenjata itu baru-baru ini menjalani operasi punggung dan telah berulang kali menelpon klinik itu untuk mengeluhkan rasa sakitnya.

Franklin mengatakan dokter yang melakukan operasi, Dr. Preston Phillips, bersama dengan seorang dokter lainnya, seorang resepsionis dan pasien tewas ditembak.

“Kami juga memiliki surat tentang tersangka, yang menjelaskan bahwa ia datang untuk membunuh Dr. Phillips dan siapa pun yang menghalangi jalannya,” ujar Franklin. “Ia menyalahkan Dr. Phillips atas rasa sakit berkelanjutan yang dideritanya setelah operasi.”

BACA JUGA: Penembakan di Kompleks Rumah Sakit di Oklahoma: 5 Tewas, Termasuk Pelaku 

Dr. Cliff Robertson, Presiden dan CEO Saint Francis Health System, menyebut Phillips sebagai “laki-laki yang sempurna,” dan “sosok yang harus kita tiru.” Ia mengatakan tiga karyawan yang terbunuh adalah “tiga orang terbaik di seluruh dunia” dan bahwa mereka “tidak pantas mati dengan cara seperti ini.”

Pihak berwenang mengatakan dalam insiden penembakan di klinilk medis yang terletak di kampus rumah sakit itu, penembak membawa sebuah pistol dan sebuah senapan. Ini merupakan insiden penembakan terbaru dalam serangkaian penembakan massal di seluruh Amerika dalam beberapa minggu terakhir ini.

Penembakan di Saint Francis Health System ini terjadi pada minggu yang sama ketika keluarga korban penembakan SD Robb di kota Uvalde, Texas, mulai memakamkan 19 siswa dan dua guru yang tewas ditembak. Ini merupakan penembakan terburuk dalam 10 tahun terakhir.

BACA JUGA: Guru dan Murid yang Tewas dalam Penembakan Massal di Sekolah Texas Dimakamkan

Penembakan di Tulsa ini juga terjadi kurang dari dua minggu setelah penembakan bermotif rasial di sebuah supermarket di Buffalo, Texas, yang menewaskan 10 orang dan melukai tiga lainnya. Seorang penembak berkulit putih dituduh membunuh 10 warga kulit hitam dalam serangan rasis ini.

Sepanjang libur Hari Pahlawan lalu juga terjadi sejumlah penembakan massal, termasuk insiden di sebuah festival di Taft, Oklahoma, 45 mil dari Tulsa.

Menurut catatan pembunuhan massal yang dikumpulkan The Associated Press/USA TODAY/Northeastern University, sejak Januari lalu ada 12 kasus penembakan massal dengan empat atau lebih korban. Insiden-insiden tersebut menewaskan 76 orang, termasuk 31 orang dewasa dan anak-anak di Buffalo dan Texas. Angka kematian ini tidak mencakup para tersangka dalam penembakan itu. [em/jm]