Polisi: Peretas Korut Menarget Latihan Militer AS-Korsel

Helikopter AS CH-47 Chinook sedang membawa howitzer M777 dalam latihan militer bersama antara Korea Selatan dan Amerika Serikat di Kompleks Rodriguez Live Fire Complex di Pocheon, Korea Selatan, 19 Maret 2023. (Foto: Ahn Young-joon/AP Photo)

Kepolisian Korea Selatan, Minggu (20/8), mengatakan bahwa sejumlah peretas Korea Utara diduga menarget latihan militer bersama Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan yang digelar pekan ini, tetapi tidak ada informasi rahasia yang bocor.

Pada Senin (21/8), tentara Korea Selatan dan AS akan memulai latihan militer musim panas yang diberi nama Ulchi Freedom Guardian (Penjaga Kebebasan Ulchi). Latihan yang akan berlangsung selama 11 hari itu bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mereka merespons ancaman-ancaman nuklir dan misil Korea Utara yang terus berkembang.

Korea Utara keberatan dengan latihan-latihan tersebut. Negara itu menuding latihan-latihan itu sebagai upaya AS dan Korea Selatan untuk menyiapkan penyerangan.

Para peretas diyakini terkait dengan kelompok Korea Utara yang disebut oleh para peneliti sebagai Kimsuky. Kelompok tersebut meretas melalui email-email yang dikirimkan ke sejumlah kontraktor Korea Selatan yang bekerja di pusat simulasi latihan perang Korea Selatan-AS, kata Badan Kepolisian Provinsi Gyeonggi Nambu dalam sebuah pernyataan.

“Informasi terkait militer tidak ada yang dicuri dan itu sudah dikonfirmasi,” kata polisi dalam pernyataannya, Minggu (20/8).

Korea Utara sudah membantah berperan dalam serangan siber.

Para peretas Kimsuky sudah lama menggunakan teknik peretasan dengan email spear-phishing untuk mengecoh target agar memberikan kata sandi atau mengeklik lampiran atau tautan yang bisa mengunggah malware, kata para peneliti.

Militer AS dan polisi Korea Selatan melakukan penyelidikan bersama dan menemukan alamat IP (internet protocol) yang digunakan untuk percobaan peretasan cocok dengan alamat IP yang teridentifikasi dalam peretasan terhadap operator reaktor nuklir Korea Selatan pada 2014, kata polisi.

Saat itu Korea Selatan menuding Korea Utara berada di balik serangan siber itu. [ft]