Para pengunjuk rasa yang berdemonstrasi menentang niat kelompok sayap kanan untuk membakar Al-Quran di Orebro, Swedia, bentrok dengan polisi pada hari Jumat (15/4), menyebabkan sembilan polisi terluka, kata pihak berwenang.
Polisi dilempari dengan batu dan ada yang mengalami patah tangan, kata juru bicara kepolisian, Diana Qudhaib, kepada harian Aftonbladet.
Seorang warga juga terkena lemparan batu di kepalanya.
Unjuk rasa yang melibatkan 200 orang itu bubar pada malam hari, menurut media setempat.
BACA JUGA: PM Swedia Ingin Tingkatkan Anggaran Militer Jadi 2% dari PDBSudah dua hari berturut-turut bentrokan terjadi ketika berlangsung unjuk rasa gerakan Stram Kurs yang anti-imigrasi dan anti-Islam, yang dipimpin oleh Rasmus Paludan, politikus dan pengacara keturunan Denmark-Swedia.
Tiga polisi harus dibawa ke rumah sakit setelah kerusuhan pecah di kota Linkoping di pantai timur Swedia pada hari Kamis (14/4), di mana aksi demonstrasi, yang salah satunya beragendakan pembakaran Al-Quran, direncanakan. Dua orang ditangkap dalam aksi itu.
Menanggapi aksi kekerasan itu, Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson mengatakan, “Di Swedia, orang-orang diizinkan mengekspresikan pendapat mereka, baik secara baik maupun buruk, itu bagian dari demokrasi kita. Tidak peduli apa yang Anda pikirkan, Anda tidak boleh menggunakan kekerasan. Kami tidak akan pernah menerima tindakan itu.”
“Ini adalah jenis reaksi kekerasan yang ia (Rasmus Paludan) ingin lihat. Tujuannya untuk menghasut satu sama lain,” tambahnya, dalam komentar kepada kantor berita TT.
Paludan rutin berada di tengah berbagai insiden dalam beberapa tahun terakhir.
Pada November 2020, ia ditangkap di Prancis dan dideportasi.
Lima aktivis lain ditangkap di Belgia tak lama setelahnya. Mereka dituduh ingin “menyebarkan kebencian” dengan membakar Al-Quran di Brussels. [rd/pp]