Petugas polisi negara bagian Texas memisahkan keluarga migran di sepanjang perbatasan Amerika Serikat (AS) dengan Meksiko dengan menahan para pria migran atas tuduhan pelanggaran (perbatasan), dan kemudian menyerahkan istri-istri dan anak-anak mereka kepada pejabat federal, kata Departemen Keamanan Publik negara bagian Texas, Kamis (4/8).
Pemisahan anggota keluarga migran itu menandai pergeseran (kebijakan) dari pernyataan sebelumnya oleh para pemimpin polisi negara bagian Texas. Aparat mengatakan keluarga tersebut harus tetap bersama dan dirujuk ke petugas federal.
Amrutha Jindal, kepala pengacara dari organisasi Operasi Lone Star Indigent Defense, mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa berdasarkan kasus yang dilihat organisasinya, jumlah pemisahan keluarga mungkin mendekati 40 keluarga atau lebih. Dia mengatakan mereka tidak mempunyai data pasti dan perkiraan tersebut didasarkan pada kasus yang dihadapi oleh para pengacara mereka.
Jindal mengatakan mereka telah mengidentifikasi terjadinya pemisahan keluarga migran di Maverick County – yang meliputi kota perbatasan Eagle Pass – selama sebulan terakhir.
Jindal mengatakan bahwa organisasinya tidak tahu pasti bagaimana membedakan siapa yang menjadi bagian dari unit keluarga mana. Dia mengatakan para pengacara yang ditunjuk organisasinya untuk klien "Operasi Lone Star" mulai memperhatikan masalah ini ketika mendengar kekhawatiran dari para klien yang mengatakan tidak tahu di mana anggota keluarga mereka berada.
"Beberapa (klien kami) diberitahu bahwa mereka akan dipersatukan kembali dengan istri dan anak mereka," kata Jindal.
"Tentu saja, hal itu tidak terjadi. Mereka malah dibawa ke penjara. Sementara yang lain diberitahu bahwa mereka tidak akan pernah melihat istri dan anak mereka lagi."
Penangkapan para Pria Migran
Travis Considine, juru bicara Departemen Keamanan Publik (DKP) Texas, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa anak-anak tidak pernah dipisahkan dari ibu mereka, tetapi "ada contoh di mana pihak DKP menangkap para migran laki-laki atas tuduhan pelanggaran negara bagian, saat mereke masih bersama, keluarganya ketika dugaan pelanggaran itu terjadi."
Kantor Gubernur Greg Abbott mengajukan pertanyaan kepada pejabat Departemen Keamanan Publik, yang tidak menanggapi permintaan komentar tambahan, termasuk berapa banyak keluarga yang telah dipisahkan, kapan mereka mulai dan ke mana orang-orang yang ditahan itu dibawa.
Sementara itu, Departemen Keamanan Dalam Negeri AS pada Kamis (3/8) mengatakan bahwa laporan mengenai pemisahan keluarga migran itu meresahkan dan harus diselidiki.
"Mengelola perbatasan kita dengan cara yang aman dan manusiawi akan berjalan paling baik ketika kita semua bekerja sama untuk menghormati martabat setiap manusia dan menjaga keamanan komunitas kita," kata departemen itu.
Kristin Etter, seorang pengacara dari layanan bantuan hukum "Texas RioGrande", mengatakan kepada surat kabar Hearst - yang pertama kali melaporkan pemisahan tersebut - bahwa dia mengetahui 26 keluarga yang telah dipisahkan oleh pejabat Texas. Ia menyebut langkah tersebut "tidak lebih dari pemisahan keluarga yang disponsori oleh negara bagian." Bantuan Hukum "Texas RioGrande" tidak segera menanggapi permintaan untuk berkomentar.
Langkah terbaru otoritas negara bagian Texas untuk mengamankan perbatasan tersebut dilakukan tanpa berkoordinasi dengan pemerintah federal mendapat kecaman luas dari advokat imigrasi dan beberapa perbandingan dengan pemisahan keluarga era Trump, meskipun keduanya sangat berbeda. Administrasi Trump memisahkan ribuan anak dari semua orang tua yang bersama mereka, menugaskan mereka ke tempat penampungan, dan berjuang keras untuk menyatukan kembali mereka.
Menurut sebuah memo pada April lalu dari badan Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS (U.S. Customs and Border Protection) yang diperoleh kantor berita Associated Press, Departemen Keamanan Dalam Negeri memberikan panduan untuk badan tersebut agar berusaha "mempertahankan persatuan keluarga para migran" semaksimal mungkin.
Penahanan terpisah
Namun Jennifer Babaie, direktur advokasi dan layanan hukum di Kelompok Advokasi Imigran "Las Americas" di Kota El Paso, mengatakan bahwa dia melihat kasus pemisahan keluarga melalui sistem imigrasi federal hampir setiap minggu. Dia mengatakan dalam banyak kasus, orang diberitahu bahwa mereka tidak akan dipisahkan atau akan segera bertemu, tetapi kemudian ditahan secara terpisah. Akibatnya, hampir mustahil bagi para migran untuk mengetahui keberadaan anggota keluarganya yang lain sampai mereka dibebaskan dari penahanan atau dideportasi.
Awal tahun ini, anggota parlemen Texas berusaha mengesahkan undang-undang imigrasi, termasuk pembentukan pasukan polisi perbatasan negara bagian dan peningkatan hukuman untuk pelanggaran. Upaya itu gagal, tetapi badan legislatif yang dikendalikan oleh Partai Republik mengalokasikan lebih dari $5 miliar untuk dana keamanan perbatasan dan memberi wewenang kepada petugas imigrasi federal untuk melakukan penangkapan berdasarkan undang-undang Texas.
BACA JUGA: Kesaksian Polisi Texas Ungkap Kondisi Mengenaskan yang Dialami Migran di Perbatasan AS-MeksikoPendanaan baru tersebut mengikuti prakarsa Gubernur Texas Gregg Abbott terkait operasi pengerahan polisi perbatasan senilai $4 miliar, yang dikenal sebagai "Operasi Lone Star". Operasi yang dimulai sejak 2021 ini telah mencakup pengiriman petugas polisi dan militer Texas untuk berpatroli di perbatasan, menambahkan pagar kawat berduri di perbatasan dan mengangkut para migran untuk dikirimkan ke kota-kota yang dipimpin oleh wali kota dari Partai Demokrat.
Baru-baru ini, Gubernur Abbott memerintahkan pemasangan pelampung seukuran bola sepanjang 305 meter di sungai Rio Grande di sepanjang wilayah Eagle Pass, yang mendorong Departemen Kehakiman AS untuk menuntut negara bagian Texas karena menghilangkan penghalang apung.
Pada Kamis (3/8), dua mayat ditemukan oleh pejabat Meksiko di sepanjang Rio Grande dekat perbatasan dengan Eagle Pass, salah satunya ditemukan di dekat penghalang terapung tersebut.
Bulan lalu, operasi keamanan perbatasan Gubernur Abbott menuai kecaman dari Gedung Putih, anggota parlemen negara bagian, dan advokat imigrasi. Kecaman tersebut muncul menyusul pernyataan seorang polisi negara bagian tentang migran yang terluka oleh kawat berduri dan air yang ditolak oleh petugas negara bagian. [pp/ah]