Polisi Tunisia menggunakan meriam air dan tongkat pemukul untuk membubarkan lebih dari seribu pemrotes yang berusaha mencapai pusat kota Tunis pada Jumat (14/1) ketika mereka melakukan demonstrasi terhadap presiden dan menentang pembatasan COVID 19.
Kehadiran polisi dalam jumlah besar mencegah banyak pemrotes berkumpul di Habib Bourguiba Avenue, jalan utama di pusat kota Tunis yang merupakan pusat tradisional untuk berdemonstrasi termasuk revolusi 2011 yang mengantarkan demokrasi ke Tunisia.
BACA JUGA: Tunisia Cegat Lebih dari 200 Migran yang Bergerak Menuju Pantai ItaliaPolisi kemudian berusaha membubarkan beberapa kelompok pemrotes yang berbeda, dan menurut saksi mata, polisi menendang, dan mendorong mereka untuk mengusir mereka.
Kementerian dalam negeri Tunisia mengatakan, sekitar 1.200 orang melakukan protes dan katanya, pasukan Tunisia sudah menahan diri.
Partai-partai oposisi termasuk Islamis moderat "Ennahda" melakukan protes terhadap pembubaranparlemen, pengambil alihan kekuasaan oleh eksekutif, dan langkah untuk menyusun kembali konstitusi oleh Presiden Kais Saied, langkah-langkah yang menurut mereka merupakan sebuah kudeta.
“Mencegah warga Tunisia yang bebas melakukan protes pada peringatan revolusi memalukan dan merupakan serangan terhadap kebebasan dan mewakili sebuah kemunduran besar dibawah penguasa kudeta,” kata Imed Khemiri, seorang anggota Ennahda dan anggota parlemen yang dibubarkan presiden. [jm/pp]