Pihak berwenang sedang dalam kewaspadaan tinggi atas kemungkinan serangan balas dendam setelah buronan teroris paling dicari di negara ini tewas dibunuh minggu ini, menurut para pejabat hari Rabu (20/7).
Polisi telah mengukuhkan bahwa Santoso, yang termasuk orang-orang Indonesia pertama yang menyatakan sumpah setia kepada kelompok Negara Islam (ISIS), dibunuh dalam baku tembak dengan pasukan keamanan di Poso, Sulawesi Tengah, Senin.
Namun pihak berwenang mengatakan tingkat ancaman di negara ini masih tinggi.
Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, Brigjen Rudy Sufahriadi mengatakan, operasi keamanan di Poso, tempat Santoso bersembunyi selama ini, akan dilanjutkan.
"Ada kemungkinan serangan balik," ujarnya kepada Reuters lewat telepon. "Bukan teroris jika tidak membalas dendam."
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Luhut Pandjaitan mengatakan kepada wartawan di Jakarta bahwa operasi-operasi akan diintensifkan di wilayah-wilayah yang dianggap sarang radikalisme.
Sekitar 20 anggota kelompok Santoso, Mujahidin Indonesia Timur, masih bersembunyi di hutan Sulawesi, tempat operasi keamanan besar berlangsung selama bertahun-tahun.
Satu tim gabungan polisi dan militer juga menembak pria yang diyakini merupakan tangan kanan Santoso hari Senin, langkah yang menurut para pejabat akan melemahkan kelompok itu.
Presiden Joko Widodo tahun lalu meningkatkan upaya untuk menangkap atau membunuh Santoso, dengan memerintahkan militer untuk mendukung ribuan polisi menyisir hutan tempat ia bersembunyi. Upaya tersebut termasuk dukungan jet tempur dan kapal perang. [hd]