Ribuan warga Irak, Senin (23/12) melakukan aksi protes di Baghdad dan bagian-bagian lain negara itu setelah para politisi melewati tenggat semalam untuk menunjuk seorang perdana menteri baru.
Demonstrasi anti-pemerintah telah mengguncang ibukota dan Irak selatan yang berpenduduk mayoritas Syiah sejak Oktober. Mereka memprotes korupsi, layanan umum yang buruk dan kurangnya lapangan pekerjaan.
Presiden Barham Salih dan parlemen telah melewati beberapa batas waktu untuk menunjuk perdana menteri baru setelah pengunduran diri Adel Abdul Mahdi bulan lalu. Mahdi dan pemerintahnya sepakat untuk tetap berperan sebagai pengemban tugas-tugas pemerintahan sampai seorang perdana menteri baru disetujui.
Pengunduran diri Mahdi gagal memuaskan pemrotes anti-pemerintah yang mengatakan tidak cukup bagi perdana menteri baru untuk mengambil alih pemerintahan. Mereka menuntut perubahan pada seluruh sistem politik yang berlaku setelah invasi Amerika pada tahun 2003, yang mereka katakan korup, tidak kompeten, dan tidak banyak membantu warga Irak yang miskin meskipun negara itu memiliki kekayaan minyak.
Demonstran Irak hari Minggu (22/12) mengecam orang yang mungkin menjadi perdana menteri baru, mantan menteri pendidikan Qusay al-Suhail, yang dituduh punya hubungan erat dengan Iran.
Sedikitnya 460 orang tewas dan puluhan ribu lainnya cedera sejak demonstrasi meletus bulan Oktober di Baghdad dan di kawasan selatan Irak. [ab/lt]