Gedung Putih mengatakan pada hari Selasa (27/2) bahwa Amerika Serikat tidak akan mengirim pasukannya ke Ukraina untuk berperang, setelah sebelumnya Presiden Prancis Emmanuel Macron menolak opsi untuk tidak menerjunkan pasukan Barat di Ukraina.
Presiden Joe Biden “selama ini dengan jelas menyatakan bahwa AS tidak akan mengirimkan pasukan untuk berperang di Ukraina,” kata Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS Adrienne Watson dalam sebuah pernyataan.
Saat ditanya apakah Amerika Serikat bisa mengirimkan pasukan untuk tujuan lain, seperti latihan, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan bahwa pemerintahan Biden menentang penerjunan pasukan untuk maksud apa pun ke Ukraina.
“Kita tidak akan menerjunkan pasukan di Ukraina. Presiden sudah sangat jelas,” kata Miller kepada wartawan.
BACA JUGA: Swedia Tidak Berencana Kirim Pasukan ke UkrainaBaik Gedung Putih maupuan Departemen Luar Negeri AS mengatakan, prioritas mereka saat ini adalah agar Kongres AS menyetujui paket bantuan militer baru untuk Ukraina.
“Pada dasarnya, kami berpendapat bahwa jalan menuju kemenangan bagi Ukraina saat ini ada di DPR AS,” kata Miller.
Ketua DPR AS Mike Johnson, yang merupakan sekutu mantan Presiden AS Donald Trump dan kini memimpin mayoritas tipis Partai Republik di DPR, menolak membiarkan suara partainya mendukung permohonan Biden akan anggaran sebesar $60 miliar untuk membantu Ukraina.
Sebelumnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron mendobrak tabu dengan mengatakan bahwa terbuka kemungkinan pengiriman pasukan Barat ke Ukraina, meningkatkan pertaruhan dalam menghadapi Rusia yang memiliki senjata nuklir.
Hal itu disampaikan Macron saat berada di konferensi yang dihadiri para pemimpin Eropa Senin (26/2) malam. Ia menolak mengesampingkan opsi untuk mengirim pasukan Barat ke Ukraina di tengah invasi Rusia yang memasuki tahun ketiga, ketika kampanye militer Kyiv tampak melemah.
“Kami akan melakukan segala cara untuk memastikan bahwa Rusia tidak bisa memenangkan perang ini,” kata Macron.
Seorang sumber militer Eropa mengatakan bahwa sekutu-sekutu Eropa telah mempelajari rencana itu selama beberapa minggu dan Amerika Serikat mendukung gagasan tersebut.
BACA JUGA: Berkumpul di Paris, Sekutu Ukraina Tingkatkan Upaya DukunganMeski Macron tidak memberikan rincian, Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan bahwa gagasan yang dikemukakan tidak memprediksi pasukan Prancis akan bertempur secara langsung menghadapi pasukan Rusia di Ukraina.
Dalam kesempatan berbeda (27/2), Menteri Pertahanan Lithuania Arvydas Anusauskas mengatakan kepada wartawan: “Yang kami bahas adalah misi latihan, komponen latihan. Pelatihan.”
Mantan pejabat senior NATO, Camille Grand, mengatakan bahwa pernyataan Macron merupakan sebuah “isyarat politik yang besar.”
“Pesannya ada tiga: kepada Ukraina, kami mengatakan bahwa kami siap untuk mengambil risiko bersama mereka. Kepada Rusia, perang ini sangat penting bagi kami,” kata Grand kepada AFP.
“Kepada masyarakat, pertaruhannya sangat tinggi sehingga kami tidak bisa mengesampingkan kemungkinan ini.” [rd/jm]