Prancis hari Rabu (3/11) menyesalkan langkah yang diambil seorang perempuan Prancis yang sempat disandera oleh Al Qaida selama empat tahun, setelah diketahui bahwa ia kini kembali ke Mali di mana ia sebelumnya diculik.
Sophie Petronin, usia 76 tahun, selama beberapa tahun bekerja di Mali sebelum ia diculik pada tahun 2016. Ia dibebaskan pada November 2020.
Namun Maret lalu, lima bulan setelah dibebaskan, Sophie kembali menyebrangi perbatasan darat untuk kembali ke Mali.
BACA JUGA: Biarawati Kolombia yang Diculik pada 2017 Dibebaskan di MaliJuru bicara pemerintah Prancis Gabriel Attal hari Rabu (3/11) mengatakan “kami menyesalkan kembalinya Sophie Petronin ke Mali. Ini merupakan bentuk tindakan yang tidak bertanggung jawab terhadap keamanan dirinya dan juga keamanan pasukan kita.”
Baik pihak berwenang Perancis maupun Mali sama-sama menyampaikan penyesalan tentang keputusannya, dan khawatir akan keselamatannya.
Pesan tertanggal 29 Oktober yang didistribusikan pada polisi Mali dan diperoleh kantor berita Associated Press menunjukkan Sophie menuju ke Sikasso.
Jika diketahui keberaannya, pihak berwenang meminta agar ia dibawa kembali ke Bamako.
Dalam suatu wawancara dengan media berita Prancis “Mediapart,” Sophie mengatakan ia telah berada di Mali sejak Maret lalu. Ditambahkannya, ia menyebrangi perbatasan darat dari Senegal menuju Mali setelah Kedutaan Besar Mali di Swiss menolak mengeluarkan visa baginya,
Setelah dibebaskan, Sophie mengatakan ia pindah keyakinan ke Islam semasa dalam penyanderaan dan menyebut hal itu sebagai “perjalanan rohani.” [em/jm]