Presiden Suriah Bashar al-Assad menyampaikan pidato saat pertempuran masih terus berlangsung di luar Damaskus, Minggu (6/1)
Presiden Suriah Bashar al-Assad hari Minggu (6/1) mengatakan dalam pidato pertamanya dalam beberapa bulan ini bahwa tidak ada yang menyenangkan jika keamanan dan stabilitas tidak hadir di jalan-jalan Suriah.
Assad, yang berbicara di gedung opera di pusat kota Damaskus mengatakan, pasukan Suriah memerangi kelompok-kelompok “penjahat pembunuh” yang didanai asing. Ia mengusulkan konferensi perujukan nasional dan konstitusi baru, tetapi ia mengatakan pemerintahnya belum mendapatkan mitra untuk berunding. Presiden Suriah tersebut menyerukan mobilisasi nasional untuk berjuang melawan pemberontak yang ia sebut sebagai “teroris al-Qaida.”
Presiden Assad membantah ada pemberontakan menentang pemerintahan oleh keluarganya selama puluhan tahun. Pidato presiden ini kerap disela oleh seruan “dengan jiwa, darah kami, kami berkorban untukmu.”
Kelompok-kelompok hak asasi memperkirakan 60 ribu orang telah tewas di Suriah sejak Presiden Assad mulai melakukan penumpasan disertai kekerasan terhadap protes prodemokrasi yang semula berlangsung damai pada Maret 2011. Protes berubah menjadi pemberontakan bersenjata yang bertujuan mengakhiri pemerintahan otoriter keluarga Assad selama empat dekade.
Assad, yang berbicara di gedung opera di pusat kota Damaskus mengatakan, pasukan Suriah memerangi kelompok-kelompok “penjahat pembunuh” yang didanai asing. Ia mengusulkan konferensi perujukan nasional dan konstitusi baru, tetapi ia mengatakan pemerintahnya belum mendapatkan mitra untuk berunding. Presiden Suriah tersebut menyerukan mobilisasi nasional untuk berjuang melawan pemberontak yang ia sebut sebagai “teroris al-Qaida.”
Presiden Assad membantah ada pemberontakan menentang pemerintahan oleh keluarganya selama puluhan tahun. Pidato presiden ini kerap disela oleh seruan “dengan jiwa, darah kami, kami berkorban untukmu.”
Kelompok-kelompok hak asasi memperkirakan 60 ribu orang telah tewas di Suriah sejak Presiden Assad mulai melakukan penumpasan disertai kekerasan terhadap protes prodemokrasi yang semula berlangsung damai pada Maret 2011. Protes berubah menjadi pemberontakan bersenjata yang bertujuan mengakhiri pemerintahan otoriter keluarga Assad selama empat dekade.