Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva, pada Kamis (1/6), menegaskan kembali kritik negaranya terhadap invasi Rusia ke Ukraina. Akan tetapi, ia mengaku berusaha tetap netral agar dapat menengahi kemungkinan perundingan damai.
Lula berbicara di hadapan wartawan setelah melangsungkan pertemuan dengan Presiden Finlandia, Sauli Niinisto, di Brasilia bahwa ia berusaha menciptakan kondisi bagi kedua negara untuk terlibat dalam negosiasi damai yang “berkontribusi pada pencarian solusi damai atas konflik tersebut.”
“Tidak akan ada yang terjadi hingga Ukraina dan Rusia ingin [melakukan sesuatu],” ungkap Lula.
Presiden Finlandia, negara tetangga Rusia yang bergabung dengan NATO pada Maret lalu, merasa bahwa semua upaya untuk mewujudkan perdamaian berharga, namun “untuk saat ini, itu belum tampak.”
Lula menawarkan dirinya untuk menjadi penengah proses perdamaian demi mengakhiri perang yang dimulai ketika Rusia menginvasi negara tetangganya itu pada Februari 2022. Akan tetapi, Lula membuat jengkel negara-negara Barat pada awal tahun ini, ketika ia mengatakan bahwa Barat telah “mendorong” peperangan dengan mempersenjatai Ukraina.
Pemimpin berhaluan kiri itu telah menghubungi Presiden Rusia Vladimir Putin pekan lalu melalui sambungan telepon, setelah gagal bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di KTT G7 di Jepang pada bulan Mei, yang menurut Lula disebabkan oleh masalah penjadwalan. [rd/ka]