Pemimpin China Xi Jinping bertemu dengan mantan Presiden Taiwan Ma Ying-jeou di Balai Rakyat di Beijing pada hari Rabu (10/4). Pertemuan itu mengakhiri misi “perjalanan perdamaian” selama 11 hari yang dilakukan oleh Ma dengan tujuan untuk mempromosikan unifikasi antara Taiwan dan China.
Meskipun penyatuan dengan China yang otoriter tidak mendapat banyak dukungan di Taiwan yang demokratis, menurut jajak pendapat publik, Ma dan Xi memanfaatkan pertemuan tersebut untuk mempromosikan visi yang mereka anggap bertujuan untuk menghindari konflik dan menyoroti akar sejarah dan budaya bersama, bukan perbedaan.
Setelah berjabat tangan selama 15 detik di depan beberapa kamera, keduanya duduk dan menyampaikan sambutan singkat. Xi memuji Ma karena menentang kemerdekaan Taiwan, dan berkomitmen pada “Konsensus 1992,” yang menetapkan bahwa hanya ada satu China, dan mendorong pembangunan damai di Selat Taiwan.
BACA JUGA: Latihan Perang Taiwan Simulasikan Upaya Halau Latihan Militer China Yang Berubah jadi Serangan“Rekan senegaranya di kedua sisi Selat Taiwan semuanya adalah orang China,” kata Xi dalam pidato pembukaannya. “Tidak ada dendam yang tidak dapat diselesaikan, tidak ada permasalahan yang tidak dapat dibicarakan, dan tidak ada kekuatan yang dapat memisahkan kita,” tambahnya.
Sebagai tanggapan, Ma, yang menjabat sebagai presiden Taiwan dari tahun 2008 hingga 2016, mengatakan bahwa meskipun kedua sisi Selat Taiwan berkembang di bawah sistem yang berbeda, semua penduduknya adalah anggota bangsa China.
Kunjungan ini adalah pertama kalinya bagi seorang pemimpin China menjamu mantan presiden Taiwan di Beijing sejak Kuomintang – partainya Ma – kalah dalam Perang Saudara China dan melarikan diri ke Taiwan pada tahun 1949. [lt/my]