Xi Jinping terpilih kembali untuk masa jabatan ketiga sebagai presiden China – suatu rekor – pada akhir pertemuan sepekan dua badan politik tertinggi China, di mana ia kian memperketat kontrolnya di negara tersebut.
Hampir 3.000 anggota parlemen China memutuskan dengan suara bulat memilih Xi pada hari Jumat (10/3) di Balai Rakyat Agung Beijing, dalam persaingan tanpa kandidat lainnya.
“Saya bersumpah untuk setia kepada Konstitusi Republik Rakyat China, untuk menegakkan otoritasnya, menjalankan tugas berdasarkan UU, setia kepada tanah air dan rakyatnya, untuk bekerja dengan tekun dan jujur, untuk menerima pengawasan dari rakyat, dan untuk bekerja keras membangun negara sosialis modern yang makmur, demokratis, beradab, harmonis dan indah.”
Batas dua kali masa jabatan lima tahun ditulis dalam Konstitusi China tahun 1982, enam tahun setelah kematian Mao Zedong, oleh Deng Xiaoping. Deng mengetahui bahayanya pemerintahan satu orang dan kultus pribadi setelah Revolusi Kebudayaan yang kacau.
Xi menghapusnya pada tahun 2018 yang didukung hampir dengan suara bulat dari parlemen.
Oktober lalu, Partai Komunis yang berkuasa mengukuhkannya kembali sebagai Sekjen Komite Sentral untuk lima tahun lagi.
Perpanjangan masa jabatan Xi pekan ini terjadi sementara hubungan dengan Washington dan negara-negara Barat memburuk, terkait isu-isu seperti Taiwan, perang di Ukraina, perdagangan dan HAM.
Media pemerintah pekan ini mengutip Xi yang menyalahkan Barat terkait kesulitan yang di hadapi ekonomi China, dengan mengatakan “dipimpin oleh AS, Barat telah menerapkan penahanan menyeluruh untuk menekan China, memberikan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap pembangunan China.”
BACA JUGA: Rusia, China Jalin Hubungan Lebih EratDalam sidang parlemen tahunan, yang berakhir pada Senin, ada beberapa pejabat lain yang telah disetujui XI untuk dipilih atau diangkat bagi jabatan-jabatan penting pemerintah – termasuk Li Qiang yang akan dilantik sebagai perdana menteri – yang terlihat berbincang dengan Xi tepat sebelum pemungutan suara pada Jumat.
Li, pendukung setia Xi yang juga mantan ketua partai di Shanghai yang mengawasi lockdown terkait COVID-19 di sana – akan segera ditugaskan untuk mengarahkan ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Parlemen pada hari Jumat juga memilih Zhao Leji sebagai ketua parlemen yang baru dan Han Zheng sebagai wakil presiden baru China. Han memimpin pengawasan keputusan kebijakan bagi Hong Kong dan Makau, termasuk selama protes antipemerintah besar-besaran tahun 2019 di Hong Kong terkait proposal RUU ekstradisi. [uh/ab]