Juru bicara Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan, Duterte menolak dijuluki pembunuh massal atau dikaitkan dengan pemimpin Nazi Adolf Hitler.
Pada pidatonya, Jumat (30/9), Presiden Duterte mengatakan, “Hitler membantai tiga juta Yahudi. Kini, ada tiga juta pecandu narkoba… saya akan dengan senang hati membantai mereka.”
Pernyataannya itu mengundang reaksi keras dari berbagai pejabat dan organisasi dunia. Kelompok-kelompok Yahudi, para pejabat tinggi Amerika Serikat, pemerintah Jerman dan perwakilan-perwakilan PBB segera mengecam pernyataan Duterte itu.
Menyusul kecaman keras tersebut, kantor kepresidenan Filipina mengeluarkan sebuah pernyataan. Juru bicara presiden, Ernesto Abella, mengatakan, Sabtu, Duterte tidak bermaksud mengecilkan arti kehilangan enam juta jiwa orang Yahudi pada masa holokos dan menolak disamakan dengan Hitler.
Abella lebih jauh mengukuhkan bahwa Duterte tetap berencana membunuh para pengedar dan pecandu narkoba untuk mewujudkan tujuannya membasmi narkoba di negaranya. Ia mengatakan, kesediaan Duterte membantai tiga juta orang terkait narkoba itu dimaksudkan untuk menyelamatkan generasi masa depan dan negaranya.
Laporan-laporan menyebutkan, sejak Duterte menjabat 30 Juni lalu, lebih dari 3000 orang tewas di tangan polisi dan orang-orang yang mendukung kebijakan Duterte. Kesemua korban tewas diduga terkait dengan penggunaan dan pengedaran narkoba. [ab]