Presiden Iran Hasan Rouhani mengatakan pemerintahnya siap mengadakan pembicaraan nuklir, tetapi hanya jika pembicaraan itu tidak memiliki prasyarat.
Pada malam menjelang perjalanan bersejarah untuk menghadiri Majelis Umum PBB, Presiden Iran mengatakan pemerintahnya siap untuk mengadakan pembicaraan mengenai program nuklirnya, tetapi hanya jika negosiasi tidak memiliki prasyarat.
Berbicara hari Minggu pada sebuah parade militer, Hasan Rouhani yang melakukan perjalanan ke New York Senin, menegaskan kembali desakan Iran bahwa program nuklirnya semata-mata untuk tujuan damai.
Hasan Rouhani mengatakan ia berharap untuk menggunakan pertemuan tahunan Majelis Umum PBB pekan ini untuk memperoleh janji Barat untuk memulai kembali pembicaraan yang macet mengenai program nuklir Teheran. Rouhani mendesak Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya agar meredakan sanksi-sanksi untuk memajukan perundingan.
Kantor berita resmi Iran IRNA mengutip Rouhani mengatakan hari Senin sebelum bertolak menuju kantor PBB, bahwa Barat harus memilih “jalur interaksi, pembicaraan dan kelonggaran, sehingga kita bisa mencapai kepentingan bersama.”
Ia juga menyebut sanksi-sanksi “tidak dapat diterima dan ilegal,” merupakan hambatan terhadap kemajuan menyelesaikan kebuntuan nuklir.
Iran telah menentang empat sanksi Dewan Keamanan PBB yang menuntut negara itu menghentikan pengayaan uranium.
AS dan sekutunya telah memberlakukan sanksi ekonomi, termasuk pembatasan minyak dan perbankan, setelah Teheran menolak mengizinkan inspektur internasional ke fasilitas nuklirnya. Negara-negara Barat mengatakan Iran sedang mengembangkan program senjata nuklir, namun Teheran membantah tuduhan tersebut.
Sementara itu, Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton mengatakan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif akan bergabung dengan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan Jerman akhir pekan ini untuk membahas krisis program nuklir Iran. Pertemuan ini diduga akan diselenggarakan Kamis.
Ashton berbicara kepada wartawan setelah bertemu Zarif dan menteri luar negeri Inggris dan Perancis menjelang sidang Majelis Umum PBB minggu ini di New York. Dia mengatakan itu diskusi itu baik dan konstruktif.
Kantor berita Iran, Fars, telah melaporkan bahwa Zarif yang moderat itu akan memimpin perundingan nuklir dengan negara-negara kuat dunia, menggantikan seorang konservatif yang telah mengawasi posisi Teheran yang mengeras.
Sejak tahun 2007, negosiasi sporadis telah dilakukan Saeed Jalili yang berhaluan keras. Dia adalah veteran perang Iran-Irak yang dipandang para perunding Barat memiliki ideologi tanpa kompromi.
Berbicara hari Minggu pada sebuah parade militer, Hasan Rouhani yang melakukan perjalanan ke New York Senin, menegaskan kembali desakan Iran bahwa program nuklirnya semata-mata untuk tujuan damai.
Hasan Rouhani mengatakan ia berharap untuk menggunakan pertemuan tahunan Majelis Umum PBB pekan ini untuk memperoleh janji Barat untuk memulai kembali pembicaraan yang macet mengenai program nuklir Teheran. Rouhani mendesak Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya agar meredakan sanksi-sanksi untuk memajukan perundingan.
Kantor berita resmi Iran IRNA mengutip Rouhani mengatakan hari Senin sebelum bertolak menuju kantor PBB, bahwa Barat harus memilih “jalur interaksi, pembicaraan dan kelonggaran, sehingga kita bisa mencapai kepentingan bersama.”
Ia juga menyebut sanksi-sanksi “tidak dapat diterima dan ilegal,” merupakan hambatan terhadap kemajuan menyelesaikan kebuntuan nuklir.
Iran telah menentang empat sanksi Dewan Keamanan PBB yang menuntut negara itu menghentikan pengayaan uranium.
AS dan sekutunya telah memberlakukan sanksi ekonomi, termasuk pembatasan minyak dan perbankan, setelah Teheran menolak mengizinkan inspektur internasional ke fasilitas nuklirnya. Negara-negara Barat mengatakan Iran sedang mengembangkan program senjata nuklir, namun Teheran membantah tuduhan tersebut.
Ashton berbicara kepada wartawan setelah bertemu Zarif dan menteri luar negeri Inggris dan Perancis menjelang sidang Majelis Umum PBB minggu ini di New York. Dia mengatakan itu diskusi itu baik dan konstruktif.
Kantor berita Iran, Fars, telah melaporkan bahwa Zarif yang moderat itu akan memimpin perundingan nuklir dengan negara-negara kuat dunia, menggantikan seorang konservatif yang telah mengawasi posisi Teheran yang mengeras.
Sejak tahun 2007, negosiasi sporadis telah dilakukan Saeed Jalili yang berhaluan keras. Dia adalah veteran perang Iran-Irak yang dipandang para perunding Barat memiliki ideologi tanpa kompromi.